"Semuanya, kenalin ini Mawar anggota baru kita," kata Aldo memperkenalkan Mawar ada angotanya.
Mawar menunduk kecil sebagai tanda hormat kepada teman-temannya. Hari ini fix dirinya sudah menjadi Anggota organisasi yang diketuai oleh Aldo.
Mawar merasa kikuk berdiri di hadapan banyak orang. Ini pertama kalinya ia diberi penyambutan dengan hangat. Di sekolahnya yang lama, semua bersikap biasa saja. Bahkan Mawar adalah anggota yang tidak menonjok dalam Organisasi sekolah tersebut.
Namun, berbeda di sekolah ini. Mawar yang menolak untuk ikut Organisai malah dipaksa ikut oleh sang ketua, apalagi dia sampai rela merekomendasikannya pada kepala sekolah. Melakukan hal seperti itu hanya untuk gadis seperti dirinya adalah sesuatu yang terlalu gila bagi Mawar. Dalam perjalanan menuju ruang OSIS pun gadis itu bertanya-tanya, kenapa Aldo sebegitunya pada dirinya?
Dan yang lebih gila lagi, Angota-anggota OSIS yang bertepuk tangan karena kehadirannya. Mereka hanya kedatangan anggota baru yang gak spesial-spesial amat, tapi kenapa begitu heboh?
"Mawar?"
Mawar tersadar dari lamunannya. "eh, iya. Kenapa?
"Katakan sesuatu pada mereka," suruh Aldo.
Disuruh seperti itu membuat Mawar tidak tahu harus berkata apa? Ia pun hanya memperkenalkan dirinya.
"Oke, semua kembali ke posisi masing-masing." Perintah Aldo langsung di laksanakan oah angota-anggotanya. Laki-laki itu menunjuk satu bangku di sampingnya untuk Mawar duduki, setelah berterimakasih gadis itu duduk di tempatnya.
Rapat OSIS pun dimulai, Aldo membuka acara dengan salam dan dilanjutkan dengan pembacaan materi. Semua anggota memperhatikan penjelasan Aldo dengan seksama. Sebagai anggota baru, Mawar masih bingung harus bahgaimana. Ia masih asing dengan tempat ini.
*****
Selesai.
Jingga dan Melati berteduh sebentar di bawah pohon. Keduanya meneguk habis mimunan mereka yang tinggal seperempatnya.
"Makasih ya, udah mau bantuin gue," kata Jingga berterimakasih pada Melati. Sebenarnya ia tidak ingin mengucapkan hal itu karena Melati sendiri yang menginginkannya, namun bagaimanapun juga dirinya terbantu. "Bener kata lo, kerjaan gue jadi ringan."
Melati tersenyum dan berkata, "iya, Kak. Sama-sama."
Setelah itu, Jingga mengantar Melati ke kelasnya sebagai bentuk terimakasihnya. Melati sangat senang, ternyata pandangannya terhadap laki-laki ini tidak seburuk yang teman-temannya bilang.
Jingga selalu mendapat komentar buru dari kebanyakan siswa. Kelakuannya yang selalu mengundang masalah, berkelahi juga hobinya keluar masuk ruang BP membuat laki-laki itu di cap sebagai Badboy di sekolah. Tapi Melati berpikir sebaliknya, ia yakin dibalik sifat jeleknya pasti ada sifat baik dari laki-laki itu. Dan benar, Melati mendapatkan buktinya sekarang.
Keduanya berjalan beriringan. Ketika melewati sebuah kelas, murid-murid yang ada di dalam heran melihat Jingga berjalan dengan seorang perempuan. Setahu mereka, Jingga tidak pernah melakukan hal tersebut, ia lebih tertarik untuk menjahili/membuat kesal perempuan itu seperti yang ia lakukan pada Mawar. Namun, berbeda dengan apa yang dilakukan laki-laki itu terhadap Melati. Semua murid mengintip dari jendela kelas, melihat betapa manisnya sepasang remaja itu jalan berdua.
"Oh, ya, gue lupa!" kata Jingga menghentikan langkahnya. "Gue harus laporan ke guru BP. Mel, lo bisa gue tinggal di sini?"
"Iya gapapa, lagian 30 langkah lagi juga nyampe ," kata Melati.
"Oh, oke." Jingga mengangguk pelan.
"Makasih ya Kak, udah anterin aku ke kelas," ucap Melati dan dibalas dengan anggukan serta senyum manis dari Jingga.
Keduanya pun berpisah, Melati bebelok ke arah kiri menuju kelasnya sedangkan Jingga melangkah menuju ruang BP untuk melapor bahwa hukumannya sudah selesai dijalankan.
Diperjalannya menuju ruang BP terlintas dipikran Jingga tentang Mawar yang jalan berdua dengan ketua OSIS, yakini Aldo. Ia heran kenapa dia bisa pergi bersama laki-laki itu? Tak ingin terlalu lama memikirkannya Jingga pun membuang jauh-jauh pikirannya itu.
Beberapa langkah lagi ia sampai, namun seseorang menghalangi jalannya.
Pria dengan seragam yang sama dengan Jingga berdiri dihadapan laki-laki itu. Dia menatapnya tajam, seperti ada kekesalan yang bersarang di benaknya. Jingga tidak tahu siapa dia. Sekian banyak ia bermasalah dengan orang-orang di sekolah ini, ia belum pernah melihat laki-laki itu.
Karena merasa tidak ada urusan dengannya Jingga melewati laki-laki itu begitu saja. Namun langkahnya ditahan karena laki-laki terebut menorongnya mundur ke belakang.
"Ada masaah apa lo sama gue?" tanya Jingga menantang.
"Lo dekat-dekat dengan adik gue," jawab laki-laki itu.
"Adek lo?" kata Jingga tidak mengerti. Ia bingung, perasaan selama ia bersekolah di sini dirinya belum pernah mendekati satu cewek pun.
Apa dia ada hubungan dengan Mawar? Kata Jingga dalam hati. Karena Mawar adalah cewek pertama yang berurusan dengannya. Gadis itu satu-satunya yang dekat dengannya meskipun sekalinya betemu yang mereka lakukan adalah bertengkar.
"Sory, lo salah sangka," kata Jingga."Gue gak ngedeketin Adik lo, tapi dia duluan yang bikin gara-gara sama gue." Jinga mendekat sembari mengeluarkan seucuk surat dari saku celananya. Ia menunjukkan surat tersebut pada laki-laki itu agar membacanya. "Tapi gue harap lo gak usah ikut campur sama masalah ini. Meskipun dia adik lo, ini tetap urusan gue sama Mawar."
Laki-laki itu menepis tangan Jinga yang menunjukkan surat tersebut. "Gue gak peduli sama masalah lo dengan cewek itu. Tapi gue gak suka lo dekat-dekat dengan adek gue, Melati."
Ya, Aldi memang tidak peduli dengan kedekatan Jingga dan Mawar, namun yang menjadi permasalahannya ini adalah adiknya
Jadi, adiknya melati? Kata Jingga sedikit terkeut. Ternyata ia salah tanggap.
Detik kemudian, Jingga tertawa. Laki-laki itu eran menatapnya. Dari jarak kurang dari satu meter ini Jingga bisa membaca nama laki-laki di depannya melalui nametag di dada sebelah kanannya "Aldiyansyah, kelas dua belas. Berani juga ya lo nantang gue."
"Gue sebenarnya males berurusan sama lo," kata Aldiyansyah. "Tapi karena ini menyangkut adik gue, gue gak bisa tinggal diam," lanjutnya.
"Gue gak peduli lo siapa, darimana, atau apapun. Gue juga gak peduli seberapa banyak lo punya maalah sama orang-orang di sekolah ini dan gue gak peduli seberapa lo ditakuti. Tapi gue pringati lo dari sekarang, kalo lo mau punya pacar jangan deketin adik gue."
"Hahaha! Sory ya, adik lo bukan type gue," kata Jingga.
"Apa maksud lo?" tanya Aldiansyah.
"Gue gak suka sama dia, dan asal lo tahu kalo dia yang deketin gue duluan. Dia yang bantu gue tanpa gue minta," jelas Jingga.
"Gue cuma menghargai kebaikan hatinya, tapi karena kakaknya marah dan memperingati jadi yaaa terpaksa deh gue harus tinggalin tuh cewek. tapi, gimana ya rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya?"
Ucapan Jingga sangat tajam dan membuat Aldiansyah menatapnya dengan tatapan ingin membunuh, bagaimana bisa ada laki-laki dengan niat sejahat itu?
*****