"Jatuh cinta itu tidak ada yang tidak sakit, namanya juga jatuh."
Mawar tengah serius belajar di kelas. Guru di depannya sedang menjelaskan materi, dengan seksama Mawar memperhatikannya.
Materi kali ini adalah tentang 'Luas Juring'. Sang guru menjelaskan materi tersebut dengan detail, mata mawar tidak sedetik pun beralih dari penjelasan itu. Ebab, matematika adalah salah satu pelajaran yang jika kalian mengalihkan pandangan satu detik saja kalian akan tertinggal.
Ketika sedang asyik belajar, seseorang memasuki ruang kelas. Seorang siswa dari kelas IPA dengan atribut seragam lengkap, wajah tampannya membuat seisi kelas otomatis menujukan perhatian mereka pada orang itu. Kelas yang awalnya tenang menjadi penuh dengan bisikan, apalagi para siswi yang membicarakan laki-laki yang sedang berbicara pada guru mereka itu.
Mawar yang sedang menyalin materi yang ada di papan tulis terkeut Keshya yang duduk di sebelahnya menyenggol lengannya.
"Aaah, Keshya! Catetan gue jadi kecoret!" kesal Mawar dengan suara elan.
"Maaf deh, habis kalo gak begitu perhatian lo gak bakalan lepas dari pelajaran.
Mawar memang seorang yang memiliki niat belaja yang tinggi. Itulah yang menjadikan Mawar famous di sekolah meskipun statusnya hanyalah anak baru.
"Ada apaan sih?" tanya Mawar inginmengetahui motif sahabatnya meakukan hal tersebut.
"Ada abang ganteng, hehehe …." Entah kenapa Mawar kesal dengan ekspresi Keshya saat ini.
Tidak peduli dengan apa yang dikatakan gadis itu membuat Mawar kembali fou ada pelajaran. Meskipun sang guru sedang mengobrol dengan murid itu Mawar memilih untuk melanjutkan mencatatnya .
Namun, Keshya menyenggolnya kembali.
"War, lo gak tertarik sama Kak Aldo?" tanya Keshya menunjuk laki-lakiitu dengan dagunya.
"Enggak dan gue sama sekali gak tertarik sama cowok mana pun di sekolah ini!" tegas Mawar melanjutkan kembali aktivtasnya. Meski sedang berbincang dengan guru, pria di depan itu sesekali mencuri pandang ke arah Mawar. Mengetahui hal tersebut membuat Mawar bergidik ngeri dan melanjutkan kembali mencatatnya.
Yang dikatakan Mawar benar, dia tidak tertarik pada iapa pun laki-laki di sekolah ini. Ia ingin fokus untuk belajar dan mendapatkan nilai yang memuaska, oleh sebab itu ia tidak ingin mencapuri urusan sekolahnya dengan hal-hal yang berbau cinta.
"War, dia curi-curi pandang ke lo tuh," goda Keshya mengetahui pergerakan Aldo.
Mawar sangat malas membahas ini, ia sengaja membiarkan laki-laki itu meakukan sesukanya, tapi kenapa sahabatnya malah ngompor-ngomporin?
"Bodo amat."
"War tuh, lihat dia curi-curi pandang lagi! Hihihi …."
Entah kenapa Mawar malah geli melihat tingkah Keshya yang salah tingkah sendiri. Adahal kan cowok itu mencoba mencuri perhatiannya.
"Mawar," panggil guru setelah berbincang dengan Aldo. Mawar yang sedang menatap Kehya kesal pun memalingkan pandangannya ke arah suara yang memanggilnya. "Hari ini kamu ikut Aldo dulu ya, dia mau ajak kamu buat ikut Organisasi Sekolah. Ini ada surat rekomendasi dari Kepsek, jadi kamu bisa keluar sekarang."
"M—maksudnya, Bu?" Mawar hanya terbengong mendengar itu, ia tidak tahu apa-apa tentang OSIS.
"Mending kamu sekarang ikut Aldo aja dulu," kata sang Guru.
"Tapi Bu …."
Tidak ada pilihan lain. Karena Mawar sudah menjadi rekomendasi dari Kepala Sekolah, mau tidak mau ia harus ikut dalam organisasi tersebut.
Padahal ia sama sekali tidak tertarik mengikuti kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran selesai. Ia lebih memilih untuk langsung puang daripada berama-lama di sekolah. Untuk bersosialisasi pun, Mawar tidak terlalu terampil. Ia hanya memiliki Keshya sebagai satu-satunya teman di Sekolah. Tidak ada yang lain selain Keshya, itu pun karena Keshya terus mendekatinya. Yang lain tidak berani berdekatan dengan Mawar karena gadis itu terkesan cuek dan tidak bisa bersenang-senang.
*****
Sekarang, Mawar berjalan mengikuti langkah Aldo. Ia tidak menyangka si ketua OSIS itu rela berjalan jauh menuju kelasnya hanya untuk menjemputnya. Dari sini, Mawar bisa melihat bagian tubuh bagian belakang Aldo. Jarak jalan mereka tidak terlalu jauh.
Tiba-tiba Aldo mundur untuk menyamakan langkahnya. Laki-laki itu menoleh dan tersenyum sekilas, membuat pipi Mawar yang semula biasa saja menjadi tampak sedikit kemerahan. Kalau dipikir-pikir benar kata orang-orang, Aldo memang tampan. Hanya melihat senyumnya saja Mawar mengakui kebenaran itu. Suasana koridor sangat sepi, hal ini karena semua siswa sedang berada di dalam kelas.
"Mawar," panggil Aldo ketika jalan mereka beriringan.
"I—iya, Kak?" ucap Mawar menoleh pada laki-laki itu.
"Kenapa kamu selalu menghindar kalau gue ajak lo masuk OSIS?" tanya Aldo. Mawar tercengang mendengar pertanyaan itu. "Padahal gue lihat riwayat sekolah lo, lo aktif Organisasi di sekolah lo yang lama."
Entah kenapa gadis itu mendadak gugup. Ia menggaruk kecil pelipisnya dengan jari telunjuk. "Ng—nggak kok, Kak. Gak apa-apa."
"Apa karena lo gak suka sama Organisasi di sekolah ini?"
"Eh, bukan kok bukan. Aku cuma lagi sibuk aja sama kerjaan di rumah, makanya selalu menghindar kalo Kakak ajak buat masuk OSIS, tapi sekarang udah gak sibuk Kok."
Aldo tersenyum kecil mendengar penjelasan Mawar, entah kenapa ia tertarik dengan ekspresi Mawar ketika salah tingkah. "Yaudah gapapa, yang penting lo udah gak sibuk kan? Jadi udah bisa ikut OSIS tanpa paksaan." Mawar membalas perkataan tersebut dengan anggukan sebagai tanda bahwa dia memang masuk OSIS bukan karena terpaksa.
Walaupun sebenarnya Mawar memang terpaksa melakukannya. Namun, ia tidak ingin Aldo menjadi khawatir padanya karena alasannya itu. laki-laki itu terlalu terobsesi padanya agar ikut dalam OSIS, jadi Mawar mewujudkan keinginannya walaupun sebenarnya ia tidak ingin.
Ruang OSIS berada di bagian kanan gedung, untuk menuju ruangan tersebut keduanya melewati lapangan upacaa. Mawar melihat sepasang murid sedang mencabuti rumput lapangan dan memasukkannya ke dalam karung yang tersedia. Mahal tersebut menarik perhatian Mawar, beberapa detik kemudian gadis itu tersadar bahwa salah satunya adalah Jingga, laki-laki yang menagajaknya bertengkar saat istirahat tadi.
"Ngapain dia di situ?" tanya Mawar dengan suara pelan.
"Dia dihukum gara-gara berantem sama Kakak kelas," jawab Aldo. Mawar terhentak padahal ia tidak ingin jawaban namun laki-laki itu menjawabnya. "Dia memang begitu suka bikin gara-gara di sini. Dah ah, dia gak terlalu penting juga buat di bahas."
Aldo mempercepat langkahnya, otomatis Mawar mengikuti. Keduanya bergjalan ke sisi kanan gedung menuju ruang OSIS, namun pandangan Mawar tidak terlepas dari Jingga. Entah kenapa ada rasa penasaran dalam dirinya tentang laki-laki itu. Ia ingin mengetahui tentang dia lebih.
Entah kenapa awal nya yang sebelumnya ia membenci laki-laki itu kini berubah Mawar malah ingin mengenalnya lebih jauh, Jingga laki-laki yang berani menghampirinya dan menuduhnya mengirim surat cinta dengan pedenya. Pandangan Mawar tidak terlepas dari sosok laki-laki itu.
*****