Chereads / Alexa's Dream And Love / Chapter 26 - Bab 26. Tangis Alexa.

Chapter 26 - Bab 26. Tangis Alexa.

Daniel berlari keluar dari kamar begitu mendengar suara keributan. Namun, saat ia hendak menuruni tangga. Pria itu melihat Alexa sedang menaiki tangga dengan langkah yang gontai.

"Lex .... Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Daniel saat Alexa berada di hadapannya.

Gadis itu hanya terdiam, air mata terus mengalir di pipinya sehingga hidung dan wajahnya terlihat merah.

Alexa tidak menjawab pertanyaan dari Daniel, gadis itu hanya melewatinya saja lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.

Melihat keadaan Alexa yang seperti itu, hati Daniel terasa sangat sakit. Pria itu mengatupkan rahangnya dan tangannya mengepal, sudut mata pria itu menatap tajam ke arah ruang kerja milik Indra yang terlihat jelas dari tempatnya berdiri.

Daniel menghela napas berat, pria itu berjalan masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu. Dalam kesunyian kamarnya, Daniel bisa mendengar suara isak tangis Alexa yang terdengar sampai ke kamarnya.

Pria itu menyandarkan punggung serta kepalanya ke dinding yang menjadi sekat kamarnya dengan kamar Alexa. Ia bisa merasakan kepedihan di hati Alexa, karena ia dulu juga pernah berada di posisi yang sama dengan Alexa.

Di sisi lain ...

"Omaa ... omaa ...." Alexa menyandarkan punggungnya ke dinding, Ia memeluk tubuhnya sendiri dengan erat sambil menangis histeris dan memanggil mendiang neneknya.

Gadis itu merasa sangat terpukul karena perlakuan papanya yang begitu kejam padanya. Alexa merasa putus asa, bagaimana ia bisa berjuang. Sedangkan melindungi buku-bukunya sendiri saja, Alexa tidak bisa melakukannya.

Baru saja Alexa menemukan Impian yang ingin ia kejar. Namun sayang, impiannya itu terancam sirna hanya karena ambisi sang papa. Alexa tidak tahu, kemana lagi ia bisa mengadu. Kalau saja neneknya masih hidup, pasti sang nenek akan berjuang mati-matian membela Alexa.

Alexa hanya bisa menangis, Ia benar-benar tidak berdaya melawan papanya. Ia terlalu lemah untuk bisa melawan kekuatan sang papa yang begitu kuat.

Tapi ... apakah Alexa harus menyerah begitu saja? Mampukah Alexa melepaskan impiannya yang baru saja ia rajut?.

Pukul 00.50 ..

Daniel masih belum bisa menutup mata, Ia tidak tahu mengapa hatinya merasa tidak tenang seperti ada sesuatu yang mengganjal. Pria itu membolak-balikkan badannya diatas ranjang dengan gelisah.

Saat Daniel sudah benar-benar merasa sesak, pria itu memutuskan untuk keluar menuju balkon dan menghirup udara segar. Udara di malam tengah malam terasa sangat dingin menusuk tulang, tapi cara ini memang ampuh untuk membuat hati Daniel merasa tenang.

10 menit kemudian, mata Daniel mulai memberat dan pria itu memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya. Saat pria itu hendak masuk, samar-samar ia mendengar suara isak tangis dari kamar Alexa. Namun, kali ini terdengar lirih tidak seperti tadi.

"Kamu belum tidur, Lex?" tanya Daniel pelan.

Alexa tidak menjawab, tapi suara isakan itu sesekali masih terdengar.

Daniel menghela napas panjang, pria itu lalu melompati dinding pembatas balkon. Karena kamar Alexa gelap, Daniel hanya bisa mengintip dari luar tapi tetap saja pria itu tidak bisa melihat apa-apa.

"Alexa ... kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Daniel sambil mengetuk pintu pelan.

Tidak ada respons ...

"Alexa ... tolong buka pintunya, biar kak Daniel bisa masuk," pinta Daniel dengan suara lirih.

Alexa masih tidak merespons, Daniel menghela napas. Pria itu kemudian mencoba menekan gagang pintunya dan langsung terbuka. Ternyata gadis itu tidak mengunci pintu sehingga Daniel langsung saja masuk ke kamar Alexa untuk melihat keadaan gadis itu.

Daniel melihat Alexa sedang meringkuk dengan memeluk badannya sendiri, meskipun kamar Alexa gelap. Dengan pantulan cahaya lampu dari luar, Daniel bisa melihat dengan jelas mata Alexa yang sedikit bengkak karena menangis berjam-jam.

Daniel berjalan menghampiri gadis itu, ia lalu berjongkok di hadapan Alexa dan memeluk tubuh gadis itu erat. Tubuh gadis itu terasa dingin dan gadis itu terlihat sangat lelah dan Daniel merasa sangat iba dengan keadaan Alexa.

"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja! Kita akan cari solusinya bersama-sama," hibur Daniel seraya mengusap pucuk kepala Alexa.

Alexa mengangguk pelan, gadis itu merasakan kehangatan dan kenyamanan di dalam pelukan Daniel. Tangis Alexa memang terhenti, namun sesekali ia masih sesenggukan.

"Lex ... kamu harus istirahat! Kalau kamu seperti ini terus, kamu bisa jatuh sakit" ucap Daniel khawatir.

Daniel mengangkat tubuh Alexa yang sudah lemas ke atas ranjang lalu membaringkan tubuh gadis itu. Pria itu juga menyelimuti tubuh Alexa agar tidak kedinginan, pria itu kemudian duduk di ranjang tepat di samping Alexa seraya menggenggam tangan gadis itu erat-erat.

"Tidurlah ... lupakan semua masalah yang terjadi hari ini, kak Daniel janji akan membantumu mencari jalan keluar." Daniel mengusap lembut pipi Alexa dan berusaha menguatkan gadis itu.

"Alexa sudah tidak tahan lagi! Tolong bantu Alexa pergi dari sini, Kak. Alexa tidak mau lagi tinggal di sini," pinta Alexa dengan suara yang serak.

Daniel menghela napas. "Lex ... kak Daniel tidak bisa membawamu pergi dari sini! Tapi kak Daniel akan mencari cara supaya kamu bisa tetap belajar buku kedokteran."

Dahi Alexa mengerut. "Caranya?"

Daniel mengangkat bahunya. "Entahlah! Kita lihat situasi dulu, kalau ada sedikit celah. kita baru bisa memanfaatkannya," ucapnya.

Alexa mengangguk pelan, Ia setuju dengan kata-kata Daniel.

"Apa kamu tahu, Lex? Kamu tidak bisa melawan papamu dengan frontal, semakin kamu melawan papamu. Kamu akan semakin terluka! Kak Daniel tahu betul karakter papamu," ucapnya.

"Jadi apa yang harus Alexa lakukan?" tanya Alexa.

"Seperti yang kak Daniel bilang! Untuk sementara waktu, turuti semua perintah papamu! Begitu ada waktu, kita bisa mencuri-curi kesempatan. Kamu paham 'kan dengan ucapan kakak?" tanya Daniel.

Alexa mengangguk pelan. Gadis itu menatap wajah Daniel, entah kenapa gadis itu sangat mempercayai kata-kata Daniel.

"Sekarang beristirahatlah!" Daniel tersenyum sambil sesekali mengusap pipi Alexa dengan sayang.

"Terima kasih," ucap Alexa kepada Daniel. "Apa kak Daniel tahu? Tuhan telah mengambil Oma dari sisi Alexa, tapi ... Tuhan juga lah yang telah mengirimkan kak Daniel ke sisi Alexa. Dan Alexa sangat bersyukur untuk itu," ucapnya lagi sambil tersenyum.

Alexa tersenyum ... gadis itu menarik telapak tangan Daniel lalu menempelkan tangan Daniel di pipinya sekaligus menjadikannya sebagai alas, gadis itu terlihat sangat nyaman sehingga ia bisa menutup matanya dan beristirahat.

Setelah memastikan Alexa tertidur pulas, Daniel menarik tangannya. Pria itu menarik selimut Alexa pelan dan membenarkan selimutnya untuk menutupi tubuh gadis itu sampai ke leher agar Alexa merasa hangat.

Daniel mengelus rambut Alexa dengan penuh kasih sayang. Setelah itu Daniel berjalan menuju balkon, Ia juga tidak lupa menutup pintu balkon kamar Alexa dan kembali ke kamarnya.

Setelah menutup pintu, Daniel menyandarkan punggung dan kepalanya di dinding. Pria itu membentur-benturkan kepalanya pelan

"Kamu bodoh sekali Daniel! Kenapa hatimu begitu lemah?!"

"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa membenci Alexa! Aku tidak bisa membenci gadis itu," ucap Daniel.

To be Continued.