Tepat malam ulang tahun Noona Citra di tanggal 27 Maret 2019, dia pulang ke Indonesia. Setelah sekian lama dia pergi untuk meneruskan pendidikannya di New York.
"Kenapa Yoga tidak angkat telepon ku sih? Apakah dia lupa bahwa hari ini ulang tahun ku? Biasanya juga kalau kita jarak jauh seperti ini juga dia selalu memberikan surprise. Ya sudahlah, biar aku yang akan memberikan surprise ke dia," gumamnya lalu dia meletakkan ponselnya kembali di dashboard mobilnya. Dia kini sedang berada di dalam mobilnya. Sedari tadi dia sudah mempersiapkan untuk pesta ulang tahunnya yang akan dia rayakan bersama Yoga.
Noona Citra terlihat begitu antusias, bahagia dan campur aduk deg-degan yang luar biasa. Alasannya, karena janji Yoga akan menikahinya akan segera terlaksana. Dia sudah membayangkan bahwa nanti saat tiup lilin dengan kue yang dia beli ini akan ada surprise yang tiba-tiba datang untuk dirinya.
Citttt … decitan mobil menyeru. "Tumben, di rumah Yoga ada dua mobil ya? Lalu, itu mobil siapa?" gumamnya lagi. Dia membuka gerbang rumah milik Yoga. Yang mana rumah yang ditempati Yoga adalah salah satunya tabungan mereka berdua.
Mata Nooona Citra terbelalak sempurna saat mendapati pemandangan yang menyayat hati di depannya.
Bahkan kue yang ia bawa sengaja untuk membuat kejutan terjatuh begitu saja dari tangannya.
Di sana, pria yang sangat ia cintai sedang memadu kasih dengan wanita lain. Bak disambar petir di siang bolong, hati Noona Citra hancur berkeping-keping. Kakinya lemas seketika.
"Yoga?" lirihnya dengan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tangannya bergetar hebat melihat raut wajah penuh gairah yang ditampilkan Yoga sang kekasih hati.
Air mata kini tidak dapat dibendung lagi, tangannya terkepal kuat menahan gemuruh emosi. "Yoga!!" teriaknya dengan sekuat hati.
Pria itu langsung menoleh terkejut mendapati Noona Citra yang berdiri di ambang pintu kamarnya.
Kedua manusia itu melihat Noona Citra yang sedang menyaksikan dirinya sedang memadu kasih.
"Noona???" ucap Yoga.
Noona Citra melongo dan dia bengong. Dia terpaku bahkan raganya seperti ingin lepas dari tubuhnya. Yoga tidak melanjutkan aksinya dan mengambil boxer yang terjatuh di lantai. Begitu pula seorang wanita itu yang menutupi tubuhnya dengan selimut.
Yoga menghampiri seperti tidak ada rasa bersalah sama sekali. "Noona, sejak kapan kamu disini? Kenapa kamu tidak menelpon aku terlebih dahulu jika kamu pulang ke Indonesia?" tanyanya pada kekasihnya yang dia masih tercengang melihat situasi ini.
Netra Noona Citra menetes tanpa tersadar. "Siapa dia?" tanyanya.
Namun, lagi-lagi Yoga seperti tidak pernah merasa bahwa dia telah melukai hati kekasihnya itu.
"Dia adalah …" jawab Yoga.
"Hay, Noona Citra. Apa kabar?" tanya wanita itu.
Nafas Noona Citra tersengal-sengal melihat kejadian ini ditambah dengan celotehan wanita yang menurutnya tidak tahu diri itu.
"Katakan, Yog! Siapa dia? Kamu berani berselingkuh di belakang ku selama ini. Haaa? Kamu jahat, Yog! Ka-mu," teriak Noona Citra dengan terus menerus mengeluarkan air pada netranya. Teramat sesak di dalam dadanya. Tidak bisa dipungkiri ini seperti luka yang diberi air garam. Perih sekali.
"Yog, aku di sana setia menunggumu! Aku disana menjaga janji-janji suci kita. Lalu, kamu dengan seenaknya main api disini. Ahhhhhhh," ucap kesal dari Noona Citra. Dia menjambak rambutnya karena rasanya lelah menahan emosi yang berkecamuk itu.
"Aku bisa jelasin!" jawab Yoga dengan mendekati tubuh Noona yang semakin menjauhi dirinya. Tangan Yoga mencoba memegang pundak Noona Citra yang sedang marah itu, untuk menenangkannya.
Namun malah Noona Citra membentak Yoga.
"Jangan pernah berani sentuh aku!" bentaknya.
Wanita yang tadinya tidak berbusana itu. Dia kini mengenakan celana pendek dan singlet. Tanpa malu dia mendekati mereka. "Noona Citra, aku puas membuatmu sedih. Hahaha rencanaku buat hancurin kamu itu sukses kan?" ucap wanita itu sembari memainkan kukunya.
Tanpa sadar Noona Citra yang emosi itu langsung menarik rambut wanita itu dengan sangat kasar. "Cuh … sahabat macam apa kamu? Berani sekali kamu mengambil kekasihku dari ku. Gila kamu, Kiranti!" ucap Noona Citra tepat di telinga Kiranti.
Kiranti adalah sahabat dari Noona Citra. Dia tega mengkhianati persahabatannya.
Kini Kiranti juga tidak diam begitu saja. Dia membalas dengan menjambak rambut dari Noona Citra dan berbalik berkata, "Habisnya, pesona Yoga lebih kuat. Kamu saja perempuan yang tidak beruntung. Aku sudah menikah dengan Yoga sebulan kepergianmu ke New York. Jadi, kamu sekarang tidak berhak atas dirinya lagi."
Lalu, Noona Citra memberontak. Dia membuang kue yang terjatuh itu ke depan wajah Yoga. "Makan itu, Kue. Dasar lelaki bejat! Aku sudah memberikan segalanya. Uang pun aku berikan padamu. Tapi, inikah balasanmu? Haaa??" makian Noona Citra begitu jelas.
Ini membuat Kiranti semakin senang melihat sahabatnya terpuruk seperti ini. "Kalian berdua tidak lebih dari hewan yang tidak punya perasaan," kata Noona Citra. Dia kini mengambil tasnya dan pergi meninggalkan rumah itu. Meninggalkan luka yang teramat mendalam. Dirinya seperti dikurung dari trauma akan lelaki.
Yoga berusaha mengejarnya namun dihentikan oleh Kiranti. "Mau kemana sayang? Aku masih belum puas. Ayo main lagi!" ucap Kiranti yang dia menautkan bibirnya kepada Yoga. Dia tidak bisa menolak istrinya tersebut.
Noona Citra menyalakan mesin mobilnya. Derai air matanya menyelimuti pipinya. Sesekali dia usap. Lalu, dia memutuskan untuk menemui Opanya di kantor. Dalam perjalanan dia terus menerus membayangkan kisah cintanya yang kini kandas. Mengingat pilunya dengan tidak pernah mendengarkan nasihat Opa nya.
Beberapa menit kemudian Noona Citra sampai di perusahaan PT. Permana milik Opa Ardi Permana. Tanpa bertanya pada resepsionis, Noona Citra langsung masuk lift dan berniat menemui Opanya.
"Noona, mau kemana? Tuan Ardi sedang ada meeting," ucap resepsionis tersebut. Tapi, tidak dihiraukannya. Tiba-tiba dia membuka pintu ruangan opa Ardi yang terlihat sepi dan menyandarkan tubuhnya pada sofa di ruangan tersebut.
Terlihat Opa Ardi yang akan masuk ke ruangannya sehabis dia melihat cucunya dengan keadaan marah masuk ke ruangannya.
"Tuan, tadi saya sudah mengingatkan Noona Citra tapi dia?" ucap resepsionis yang mengikuti Noona Citra tersebut.
"Pergilah!" seru Ardi kepada pegawainya itu.
Lalu, Ardi menghampiri sang cucu. "Noona Citra, ada apa?" tanyanya.
Noona Citra terbangun dari rebahan nya dan melihat kakeknya dengan wajah penuh kesedihan.
"Opa, hiks," ucap penuh tangisan dari Noona Citra. Dia pun memeluk kakeknya dengan erat. "Katakan, sayang ada apa?" tanya Opanya lagi.
"Apa yang dikatakan Opa selama ini benar. Yoga selama ini selingkuhin, Noona. Aku benci dia Opa," ucap Noona Citra pada Opa nya itu. Dia kini masih dalam pelukan Opa nya.
Lalu, diajak lah Noona Citra duduk kembali. Mereka duduk kembali dan tangan Opa Ardi memegang rambut cucunya tersebut. "Jangan khawatir, sayang! Papa akan menjodohkan dirimu dengan pilihanku. Kamu tidak perlu khawatir," kata opa Ardi.
Alis Noona Citra mendadak menyatu. Dia ingin menolak perkataan Opa Ardi. Namun, belum juga mulut Noona Citra terbuka tiba-tiba Opa Ardi berkata kembali, "Kamu ingin membalas Yoga bukan? Mari kita mainkan permainan ini! Dengan cara inilah pembalasan yang elegan untuknya, sayang. Kamu mau kan memenuhi permintaan Opa?" Tawaran Opa Ardi membukam mulut Noona Citra.
Kini emosinya berkecamuk hingga dia menganggukkan kepalanya dan mengiyakan keinginan Opanya itu.
"Bagus, begitu dong. Ini baru cucu Opa. Tidak akan pernah Opa mengecewakan cucu Opa ini," katanya pada Noona Citra.
Kali ini Noona Citra tidak dapat menyangkal sama sekali. Padahal dulu berkali-kali dia selalu mengatakan dia hanya ingin menikah dengan Yoga. Namun, dengan yang dilakukan padanya dia harus terpaksa menuruti keinginan Opa nya tersebut.
"Maafkan, Noona jika selalu merepotkan Opa," jawab Noona Citra yang masih dalam pelukan Opa Ardi.
Bersambung … .