Chereads / KORBANMU / Chapter 12 - Disebut Peri Cantik 2

Chapter 12 - Disebut Peri Cantik 2

Fajar belum datang namun Eleora sengaja bangun lebih awal dibandingkan pekan sebelumnya.

Mengetahui tugasnya sebagai seorang anak juga tidak luputt akan tugas sebagai murid.

Dengan mengerjakan beberapa tugas dari sekolah malah tiba-tiba saja ada sebuah pesan masuk di ponsel.

'Clunting'

Kak Gerry : Pagi?

Kak Gerry : Sudah bangun belum?

Eleora : Selamat pagi. Sudah kak, lagi apa?

Kak Gerry : Lagi mau siap-siap jogging, Kamu mau ikut?

Eleora : Em, lain waktu saja kak. Ya soalnya lagi mengerjakan tugas sekolah

Mengharapkan tugas yang dikerjakan segera selesai ternyata masih cukup banyak.

Waktu yang justru hilang dalam mengerjakan tugas dia tidak bisa pergi dalam kondisi PR masih menumpuk.

Dua jam kemudian, ketika PR sudah selesai dikerjakan dia pun mendengar suara mobil.

"Papa, mau ke mana pagi buta begini?"

Dari atas kamarnya dia melihat bahwa papa Argadana pergi diam-diam.

Karena merasa cukup penasaran sangat ingin menghubungi dan menanyakan.

"Ah daripa aku tanya lebih baik aku cari sesuatu yang dirasa cukup bermanfaat."

Selesai mengerjakan PR dia bergegas menuju ke kamar papanya.

Terburu-buru segera membuka pintu malah yang terjadi justru berbanding arah.

"Papa?"

"Loh, kamu kenapa buru-buru sih? Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, tapi tadi aku dengan mobil papa. Ya aku pikir papa."

"Oalah, tadi itu teman papa. Ya dia buru-buru pinjam mobil karena ada hal."

"Teman papa? Kok aku sama sekali tidak tahu kalau ada teman papa semalam? Hem...."

"Halah sudah. Sekarang yang paling penting kamu buat sarapan."

Merasa jika ada sesuatu yang disembunyikan dia pun mengalah dan pergi meninggalkan papa Argadana.

Di dapur tempat dimana suasana meluapkan pikiran bisa saja menjadi ruang ternyaman bagi Eleora.

Gadis polos itu terus saja teringat akan beberapa kejadian yang dirasanya hampir sama persis dengan mama Merry.

"Entah, aku merasa mama pernah mendapati kejadian ini. Tapi, mama selalu merahasiakan dariku."

Sedikit melamun Eleora terkejut ketika tangan sedang memotong sayur dan hampir saja ada kecelakaan kecil.

"Astaga, apa yang kamu pikirkan Eleora. Hemmm, apa kamu tidak lihat itu pisau?"

"Eh papa, maaf papa. El hilang kendali."

"Lain kali jangan begitu lagi, itu sangat berbahaya dan bisa saja jarimu kepotong."

Merasa sang papa tidak seperti biasanya telah membuat Eleora kembali terdiam.

Beberapa kali kejadian yang cukup terekam diingatan Eleora diantaranya dirasa sulit dikendalikan.

Usai memasak Eleora menuju ke sebuah kamar untuk mempersiapkan dirinya sendiri, akan tetapi tiba saja ada pesan masuk.

'Clunting'

Kak Gerry : Jam sembilan lewat lima belas menit aku ajak ke kantin

Kak Gerry : Aku mau ngomong sesuatu

Eleora : Enggak janji, kak

Ketika sedang berada pertengahan membalas pesan beruntung jika papa datang setelah ponsel itu dimatikan.

"Hari ini papa berangkat lebih siang, ya jadi bisa mengantar kamu lebih dulu."

"Naik apa?"

"Sudah enggak usah dipikir. Sekarang paling penting kamu segera siap-siap dulu."

"Iya, pa."

Bersiap untuk ke sekolah malah yang ada sebuah handuk sudah tergantung di kamar mandi.

Segalanya telah dirasa semakin tidak enak dia pun memiliki pemikiran lain.

"El, nanti kamu pulang jam berapa?"

"Enggak tahu soalnya aku mau ikut ekskul dulu."

"Nanti chat papa ya? Biar papa jemput!"

Tidak mau pemikirannya semakin menjadi-jadi dia lebih memilih untuk berdiam.

Keluar dari kamar dengan sebuah pengharapan jika dia tidak mendapatkan perlakukan istimewa malah justru sebaliknya.

Disaat diri hendak duduk di meja makan malah papa Argadana menyiapkan untuknya.

Kelakuan yang berlebihan dan bahkan tidak sesuai itu telah membuat Eleora merasa risih.

Tak tanggung-tanggung bahwa papa Argadana yang melakukan sebuah tindakan istimewa juga justru nampak lain.

Sesuap nasi sembari memikirkan dengan melanjutkan penyelidikan mengenai orang tuanya malah membuat Eleora tak bisa berpikir jernih.

"Pokoknya nanti jam berapa saja bakalan papa jemput. Intinya kabarin papa."

"Kenapa papa sangat begitu ingin jemput aku? Ya bukannya bagaimana, semenjak kepergian mama beda banget."

"Sudah kamu itu enggak usah berpikiran aneh-aneh, satu lagi jika semuanya mengenai mama kamu ya papa minta hentikan."

Merasa dalam tekanan yang tidak begitu enak dia pun berdiri dari ruang makan.

"Mau ke mana?"

"Udah waktunya aku harus segera berangkat."

"Ya sudah, kita berangkat sekarang ya? Ya baiklah, pakai jaketmu."

Disaat berangkat Eleora merasa asing dengan kendaraan yang dipanasi.

Hati sangat begitu ingin bertanya namun sebuah kenyataan hanya diam seribu bahasa.

Dalam perjalanan menuju ke sekolah dengan sejenak lima sampai lima belas menit berhenti.

Beberapa percakapan telah terdengar oleh Eleora, tetapi ketika ada sebuah perkataan yang cukup begitu mencurigakan dihentikan.

Tak bisa dibiasakan untuk terdiam malah membuat Eleora lebih memilih merekam terlebih dahulu.

"Pa, aku lebih baik pakai gojek atau lainnya saja deh."

"Sudah kamu enggak usah macam-macam, sekarang kamu tunggu di sini sebentar. Ya, papa ada telepon penting."

"Baiklah."

Mengehendaki jalan ini Eleora tentu saja tidak hanya terdiam, namun berusaha mencari kesempatan lain.

Ketika semua telah dinantikan dirasa malah papa Argadana mengetahuinya.

Niat hati ingin mencari sesuatu justru seketika berubah menjadi sunyi.

"Ini uang saku buat kamu."

"Loh, tumben banyak ini pa?"

"Sudah kamu enggak usah banyak tanya, ya kalau kamu enggak mau ya udah."

"Iya, iya. (Ya lumayan bisa aku tabung dikit-dikit juga.)"

Oleh karena sudah sampai sekolah telah membuatkan gadis polos itu tersenyum melebar.

Ditinggalkan seorang diri dan masih ada waktu kurang lebih lima belas menit ia pun mencoba menghubungi mama Merry.

Mengharapkan jika ini mendapatkan titik temu walau hanya secuil kuku namun justru kenyataan lain.

"Hey, sibuk dengan siapa sih?"

"Astaga, kakak. Kak Gerry benar-benar hampir membuat jantungku copot."

"Iya, maaf. Tadi sudah sarapan?"

"Sudah kak, memangnya kakak belum?"

"Aku belum sarapan, sekarang kita ke kantin sebentar yuk."

"Tapi, kak?"

"Sudah, ayo sebentar aku ajak ke kantin. Sudah kamu enggak usah khawatir."

Tidak ada hal lain selain menerima ajakan tersebut.

Gadis itu meyakini bahwa dengan kejadian tadi tidak akan mungkin dicurigai bahwa sejatinya ada masalah yang tersembunyi.

Tidak mau masalahnya diketahui orang lain ia pun memilih duduk di bangku lalu segera memesan minuman dingin.

"Kenapa sih kamu terburu-buru begitu? Ya aku lihat kamu lain."

"Apaan sih kak? Aku hanya biasa saja dan keburu haus."

"Kamu yakin?"

"Iya, aku yakin."

"Dasar, kamu itu bohongnya enggak ahli sama sekali tahu enggak?"

"He he he."

"Kamu itu peri cantik dan jangan berbohong lagi ya? Aku enggak mau kamu melakukan itu."

"Cantik apanya?"

"Beneran, kamu itu peri cantik tahu. Ya karena kamu cukup cantik, ya aku panggil peri cantik."