Gladis menelan salivanya ketika melihat perempuan paruh baya itu datang-datang menampar wajah pak walikota dengan keras. "Kau sungguh keterlaluan! Megapa kau membeda-bedakan anakku dengan anakmu padahal menjadi seorang pak walikota ini bisa kau raih berkat harta mendiang suamiku," ketusnya tak senang.
"Berani sekali kau menamparku? Harusnya kau menampar putrimu yang tidak tahu diuntung ini karena sudah jadi seorang pembunuh," selanya tidak terima.
"Aku tidak akan menyalahkan putriku karena memang kau selalu salah mendidiknya, jika saja aku tahu bahwa kau pilih kasih sudah tentu aku ingin berpisah denganmu," jawabnya dengan sedikit membentak.
Perempuan itu menghampiri putrinya dan langsung memeluknya, "Maafkan Ibu, Nak," ucapnya berulang kali.
Mayang meneteskan air matanya ketika melihat ibunya menangis tersedu-sedu dan memohon maaf karena tidak memerdulikannya hingga membuat Mayang begitu erat memeluk beliau.