Seusai memperlihatkatkan bahwa dirinya memang baik-baik saja, Viola segera pergi meninggalkan Clara, dan memberinya waktu untuk beristirahat.
Clara mulai termenung memandang jam dinding yang berdetak. Dilihatnya baik-baik, pergerakan jarum jam yang terasa begitu lambat karena menanti kedatangan Erlan, suaminya.
***
Erlan mengambil telepon genggamnya, berulang kali mereject panggilan dari siapa pun itu. Baginya sekarang, bahkan urusan yang berhubungan dengan pekerjaan tidaklah penting baginya. Yang terpenting adalah menyembuhkan luka hatinya yang sejak tadi bagai tersayat ratusan pisau.
Biasanya setiap Erlan keluar akan diantar oleh sang supir. Namun ketika mang Ujang bertanya mau diantar ke mana, Erlan justru langsung menyambar kunci mobilnya itu. Kemudian langsung melesatkan kakinya ke dalam mobil dan menggerakkan setir berbentuk bulat itu.
"Ah! Bedebah kalian!"