Adil atau tidak, tentu Carlis tidak peduli akan hal itu. Karena yang ada di pikiran Carlis saat ini hanyalah rasa sakitnya yang harus ditanggungnya.
"Laura, suatu saat nanti kamu akan tahu bagaimana rasanya sakit hati yang teramat dalam karena kehilangan seseorang."
Laura tersenyum miris. Bahkan ia terlebih dulu merasakan kehilangan, tanpa bertemu terlebih dulu. "Nyonya…."
"Jika bicara soal kehilangan, aku juga pernah merasakannya." Sambil tertawa kecil di hadapan Carlis. "Mengenai kehilangan orang yang sebelumnya belum pernah kita temui, apa itu sudah pantas disebut kehilangan?"
Wanita paruh baya yang tengah berbicara dengannya itu, seolah sedang mencoba untuk memahami apa yang saat ini sedang Laura bicarakan.
Selain itu, dirinya juga merasa penasaran dengan cerita kehilangan yang pernah Laura rasakan. Selain membandingkan dengan kisahnya sendiri, tidak ada alasan lain lagi untuk mendengarkan kisah gadis di hadapannya.
"Kamu tidak lagi sedang menghayal, kan?" tanyanya.