"Siapa yang tadi kamu telepon, Nyonya?" tanya Laura. Ia melihat Carlis yang sangat serius menelpon seseorang.
Meskipun kedengarannya begitu lancang, karena itu sama saja gadis itu berusaha ingin tahu dengan urusan Carlis.
"Dia adalah putra pertamaku. Dia memang sedikit bandel akhir-akhir ini, makanya saya sangat tegas dan keras terhadapnya."
Laura tertawa ketika mendengar jawaban dari Carlis. Seorang pria dewasa tapi masih diatur oleh ibunya, terlihat begitu lucu.
"Kenapa kamu tertawa? Ada yang lucu?" tanya Carlis, sambil menyatukan kedua alisnya.
"Nyonya, saya tertawa karena mungkin putramu justru seorang yang penurut. Dia seorang pria, dan juga sudah dewasa, sudah sewajarnya mereka memilih jalannya sendiri tanpa diatur orang tua lagi."
Laura berbicara seperti ini tentu bukan tanpa sebab, ia sudah tahu bagaimana hak seorang anak ketika dewasa, dan juga kewajiban seorang ibu ketika anaknya telah tumbuh dewasa.