Clara memandang wajah Bidan Tiwik lekat-lekat, ia tahu bagaimana kesedihan yang sedang wanita itu merasakan. Terlebih lagi dia sudah membiayai semua keperluan kedua anaknya, menghabiskan banyak uang tabungan yang ia kumpulkan, yang mana untuk mengumpulkannya, membutuhkan waktu banyak. Namun ketika kedua anaknya telah sukses, Bidan Tiwik justru tidak diakui oleh mereka berdua, tidak memberi uang bulanan, padahal tanggung jawab nafkah seorang ibu, juga berada pada anak laki-lakinya.
Begitu miris memang nasib wanita itu.
"Bu Bidan tenang saja, lain hari kami akan makan bareng lagi bersama Bu Bidan," kata Revan. Sambil terus mengunyah makanannya."
"Iya, kan, Ra?" tanya Revan.
"Iya benar, Bu. Malah kami sangat senang jika sampai diundang makan di sini, makanannya enak-enak. Bu bidan memang sangat jago memasaknya," jawab Clara.