Dokter itu percaya kalau Revan adalah putra dari seorang pasien yang berada di kamar anggrek 2, karena mulai dua hari yang lalu, tidak ada satu pun kerabat yang menjenguknya. Bahkan yang mengantar bidan Tiwik ke rumah sakit adalah tetangga dekatnya sendiri.
"Baik, Dok. Saya bersedia," jawab Revan.
Revan mengikuti dokter tersebut menuju ruang pribadinya. Jika hanya membicarakan perihal biaya rumah sakit, seharusnya tidak sampai ke ruangan dokter juga. Karena ada petugas administrasi yang akan mengurusi itu semua.
Namun kali ini, ketika melihat raut wajah dokter itu sangat serius. Membuat Revan sangat sulit untuk menebak apa kepentingannya sebenarnya.
Dokter tersebut memegang gagang pintu dan membukanya, kemudian mempersilahkan Revan untuk segera masuk.
"Silahkan duduk, Mas." Sambil mengarahkan tangan kanannya.
Revan mengangguk dan tersenyum ramah.
Setelah memastikan pinggangnya sudah menyentuh alas kursi, pria itu memberanikan diri untuk bertanya.