Harimau yang tidak sanggup lagi menyaksikan tingkah lambatnya itu, segera mengingatkan, "Tuan! Mereka sepertinya masih hidup!"
di dalam hati melanjutkan, "jadi berhentilah bersikap bodoh dan bantu mereka sebelum terlambat, ah!"
"Oh. Lalu apa?" tanya Lingwei dengan wajah polos dan bodohnya.
"Berikan mereka minum, tentu saja! Apalagi?" Harimau memutar mata dan kembali mengeluh di dalam hati, "Tuanku ini benar-benar bodoh dan tak berperasaan!"
Lingwei mengetuk kepala hewan itu dengan gemas dan mencibir, "Berhenti menunjukkan wajah jelekmu itu! Jangan pikir bahwa aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan."
Harimau menunduk sedih dan merasa sangat dirugikan. Namun memilih untuk tetap diam, takut jika kepalanya yang baru saja sembuh akan dipukul lagi. Rasanya sangat sakit, oke! Dan bagaimana jika lukanya kembali kambuh akibat pukulan dari tuannya yang kejam itu? Harimau tidak ingin memikirkannya lagi.
Usai memberikan pelajaran yang penting kepada peliharaannya. Lingwei menghampiri Que ya yang masih berbaring di tanah dan dalam kondisi setengah hidup, dia mencubit dagu pihak lain sehingga mulut tipis terbuka, dia melakukan hal tersebut guna memberinya minum.
"Wah, benar-benar pantas disebut sebagai kecantikan. Bahkan kulitnya terasa begitu halus dan cerah tanpa cacat sedikitpun! Ah, pasti semua ini adalah hasil dari perawatan yang mahal dan sangat hati-hati. Orang-orang kaya memang beda dari rakyat jelata." Diam-diam gadis kecil itu mengagumi wajah pihak lain, jemarinya terus saja menyapu kulit halus tanpa cela dan memujinya tanpa rasa malu.
Karena sangat fokus dan bersemangat dalam hal kekaguman, anak itu bahkan mengabaikan tatapan maut yang telah dilayangkan oleh Mo. Sang penjaga rahasia yang setengah terjaga ini begitu malang, begitu sadar dari kondisinya, pandangannya segera menangkap ekspresi lapar yang muncul di wajah Lingwei.
Mo, yang merasa lemah hingga tak bisa mengangkat satu jaripun, sangat putus asa ketika menyaksikan ada orang asing yang begitu berani mengambil keuntungan dari ketidakberdayaan tuannya.
Ingin rasanya dia bergegas untuk memukul pantat bocah itu hingga menjadi bubur, tetapi sadar bahwa dengan situasinya saat ini, dia tidak mampu melakukan keinginannya. Hanya bisa melotot dan berharap pihak lain mau berbesar hati melepaskan tuannya!
Que Ya meneguk air dengan perlahan dan mulai merasakan aliran energi sejuk masuk melewati tenggorokan menuju seluruh organ internal yang mengalami kerusakan parah, kemudian energi tersebut menyelimuti semua organ dan secara pasti menyembuhkan semua lukanya sedikit demi sedikit.
Napasnya mulai stabil dan ekspresi serta rasa kesakitan yang menyiksa memudar dari tubuhnya.
Mo yang sejak awal tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Que Ya, sepertinya menyadari bahwa kondisi tubuhnya telah membaik, seolah perbaikan besar berhasil membantu tuannya dan kegembiraan segera menghinggapi hatinya. Tidak lagi peduli kepada anak kecil sembrono yang masih memegang wajah tuannya.
Dengan susah payah dia mencoba untuk bangkit dan berhasil menghampiri Que Ya setelah terhuyung di tiap langkah menggunakan sisa tenaga terakhir.
Dia ingin memastikan bahwa kondisi sang tuan telah benar-benar membaik dan tidak lagi berada dalam bahaya, dengan begitu dia akan merasa tenang dan dia bisa pergi meninggalkan dunia ini dengan damai.
"Tuan." Sebelum Mo berhasil tiba di samping Que Ya. Dia jatuh pingsan.
"Tolong dia." Que Ya yang baru saja bangun dari komanya, segera memohon pada Lingwei dengan putus asa, lalu ikut pingsan juga.
Gadis kecil itu mendengus kesal dibuatnya. "Huh! Kecantikan yang merepotkan! Apakah kalian berdua sudah merencanakan hal ini sebelumnya? Tsk, benar-benar menyebalkan!"
Meskipun mulutnya terus mengomel, tetapi tangan anak itu bergerak untuk memberikan air dan juga perawatan sederhana kepada keduanya. Merasa tidak cukup, dia juga menyuruh agar si harimau mengirimkan energinya ke tubuh mereka.
"Kenapa akhirnya seperti ini? Bukankah ini idemu untuk menyelamatkan mereka? Tetapi kenapa aku yang harus bersusah payah menyembuhkannya? Ini tidak adil, Tuan!" protes harimau dengan wajah pahit, namun tidak membantah perintah Lingwei.
"Tsk, kamu ini cerewet sekali. Apa sih, jenis kelaminmu itu? Jantan atau betina?" ejek Lingwei sembari mengintip ke bagian perut si harimau.
Harimau malang itu segera memalingkan tubuhnya dan tutup mulut. Dia merasa bahwa anak kecil yang telah menjadi tuannya ini, lebih sulit untuk ditangani daripada para pengkhianat dalam klannya!
"Oh ya! Aku belum memberimu nama, tidak mungkin untuk memanggilmu dengan sebutan kecil secara terus menerus, kan? Hm, mari kita pikirkan secara cermat." Lingwei mengetuk dagunya dalam pose berpikir.
Harimau itu menoleh dan mengusulkan sebuah nama yang dianggapnya bagus serta mendominasi. "Wang Da!"
"Pfft! Jangan bercanda. Kamu tidak cocok memakai nama itu!" cibir anak itu sembari menggambar garis di tanah.
Harimau merasa agak tertekan ketika mendengar cibirannya, mungkinkah sosoknya sudah tidak lagi memiliki kualitas superior seperti di masa lalu? Benarkah dia tidak pantas untuk menyandang nama yang mendominasi tersebut?
Dengan cahaya harapan di pupil hitamnya, harimau itu kembali menyebut sebuah nama. "Jun Lei!"
Lingwei menepuk dahinya agak frustasi, benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir hewan tersebut yang sepertinya sangat terobsesi dengan nama-nama milik Raja terkemuka yang memimpin suatu negara.
Mungkinkah karena harimau itu memiliki obsesi besar untuk menaklukkan dunia dan menggantikan para Raja tersebut?
Melihat tuannya tidak menanggapi, harimau membuka mulut dan ingin menyebutkan nama lainnya, tetapi segera disela oleh pihak lain.
"Baiklah, begini saja! Karena bulu di tubuhmu berwarna putih dan kamu mirip dengan anak kucing peliharaanku di masa lalu, maka mulai sekarang namamu adalah Xiao Bai!"
Mendengar nama sederhana tersebut, sinar harapan di pupil mata harimau perlahan meredup, hatinya terasa berdenyut sakit dan bahkan air mata mulai mengalir di pipinya.
Di dalam hati dia meraung, "Apa nama Xiao Bai ini! Bagaimana bisa aku yang dulunya memiliki gelar panglima, sekarang harus dipanggil dengan nama imut itu! Di mana martabat serta kebanggaan yang selama ini kujunjung tinggi harus diletakkan? Oh, Dewa. Tolong sambar saja tubuh ini dengan petirmu, aku tak bisa hidup lagi!"
Lingwei mengabaikaan kesengsaraan dari harimau tersebut. Awalnya dia ingin memakai nama asli dari harimau tersebut, tetapi diurungkan karena keduanya tidak mau memiliki hubungan dengan klan penghianat itu, meskipun hanya nama saja.
Harimau telah menjadi miliknya dan harus memiliki identitas serta status baru yang sesuai.
***
"Terima kasih sudah menyelamatkan kami, Nona." Que Ya segera mengucapkan rasa syukurnya setelah bangun dari koma.
Lingwei mengangguk seadanya dan melambaikan tangan, membiarkan pihak lain untuk bangun dari postur busurnya. Kemudian bertanya secara acak.
"Nah, siapa namamu? Usia? Dari kota atau klan mana? Apakah sudah memiliki kekasih, tunangan atau istri? Tujuan datang ke wilayah ini?"
Que Ya terdiam sesaat begitu mendengar rentetan pertanyaan, tetapi segera menjawab semuanya secara jelas dan jujur.
"Nama Que Ya, usia 15 tahun, dari Keluarga kecil dengan marga Que yang memiliki kediaman di Negara bintang 3 Ji Anping, tidak memiliki kekasih ataupun tunangan, masih lajang dan tujuan kami datang ke Negara ini adalah, guna mencari beberapa tanaman roh untuk obat ayahku."
"Oh, begitu. Bagus jika kamu ternyata masih lajang, suatu saat nanti jika kau sudah dewasa maka aku dapat mengejarmu untuk menjadi pasanganku." Dari sekian banyak jawaban yang dikemukakan oleh pihak lain, Lingwei ternyata hanya peduli pada poin tersebut.
Que Ya kembali terdiam, tetapi ada senyum tipis di sudut bibirnya.
Mo menggertakkan giginya karena marah! Ingin rasanya dia meretas anak kecil tak bermoral tersebut karena bertindak dan berucap dengan begitu berani kepada tuannya!
Ingin sekali dia mencengkeram leher pihak lain dan mengguncangnya secara kasar, kemudian berteriak keras di dekat telinganya.
"Berhentilah delusi wahai kau anak kecil bau! Bahkan para puteri bangsawan di Negara Ji Anping yang memiliki status tinggi dan begitu mulia, tidak memiliki kesempatan untuk mendekat apalagi bercakap dengan tuan! Kamu hanya anak miskin yang tidak bermoral, enyahlah!"
Que Ya sepertinya mengetahui pergerakan abnormal dari pengawalnya yang hendak meledak ke dalam murka, kemudian berdehem dan meliriknya. Memberikan peringatan berarti yang menyiratkan sebuah tanda agar dia berperilaku baik dan tidak bertindak gegabah.
Mo menangkap isyarat tersebut, kemudian menunduk sedih dan hanya bisa meluapkan amarahnya dalam bentuk tangisan diam-diam.
Sedangkan Xiao Bai, dia hanya berbaring di satu sisi seolah dirinya tidak mengetahui apa-apa, masih tenggelam dalam kesedihan akibat penamaan yang tidak sesuai dengan ekspektasi serta citranya.
"Tentu saja, jika ada kesempatan seperti itu di masa depan. Maka aku akan lebih dari bersedia untuk menunggu pengejaranmu, dermawan." Que Ya menanggapi ucapan Lingwei tadi dengan ekspresi tenang.
"Yah, kamu ternyata tipe pria muda yang cukup menyenangkan. Aku suka itu, hehe." Anak perempuan berusia 8 tahun itu benar-benar menjengkelkan sekaligus konyol.
Selalu bersikap seperti orang dewasa dan sembrono, tetapi memiliki hati yang baik dan jujur, sangat berbeda dari kebanyakan gadis-gadis yang hidup di kota, di mana hati mereka telah terkontaminasi oleh berbagai jenis kejahatan serta kemunafikan. Dengan perbedaan seperti itu, Lingwei tentu memiliki keunggulan tersendiri.
Itulah yang dilihat oleh Que Ya dari anak tersebut. Jika memang di masa depan anak itu masih dapat mempertahankan sikap serta wataknya yang jujur dan baik hati, maka dia akan sangat bersedia untuk menunggu serta memperjuangkannya.
"Nah, karena hari sudah gelap. Aku akan pergi dulu untuk melanjutkan perjalanan, jika kalian berdua masih belum bisa menemukan tempat tinggal sementara, kalian bisa datang ke rumahku dan menginap. Kebetulan adik nakalku masih di sana sendirian, kalian bisa menemaninya agar dia tidak menangis karena ketakutan tinggal sendiri, bagaimana?"
Lingwei tiba-tiba ingat dengan saudaranya di dunia ini yaitu Leng Su, yang masih tertinggal di rumah, merasa sedikit bersalah di dalam hati.
Mo ingin menolak tawarannya dan berniat untuk bergegas kembali ke Klan, tetapi dihalau oleh tuannya yang kini mengangguk dan menyetujui sarannya.
"Baiklah, kami akan menginap di rumahmu dan menjaga adikmu, terima kasih sekali lagi, dermawan."
Lingwei bernapas lega mendengar jaminannya, kemudian memberikan setengah ruas tebu yang sedari tadi dia gerogoti dan berkata, "Nah, ini adalah bayaran untukmu karena telah bersedia membantuku menjaga adik nakalku itu, terima saja, oke."
Que Ya menerima hal berharga itu dan membungkuk sedikit, lalu mengeluarkan sebuah bola transparan sebesar bola tenis dari udara tipis, menaruhnya ke telapak tangan anak itu.
"Ini adalah hadiah pertemuan dariku, tolong diterima, dermawan." Usai memberikan hal itu, Que Ya berbalik dan berjalan cepat menuju ke satu arah, diikuti oleh Mo yang memiliki ekspresi bingung.
"Tuan, inti kristal itu ...."
Que Ya memotong ucapannya dengan suara dingin. "Cukup dan lupakan."
"Ya, Tuan muda!"
***