"Puji syukur nona Putri tidak kenapa-napa, hanya saja otaknya sudah mulai kembali memutar terhadap memori-memori kisah hidupnya di masa lalu. Saya hanya menyarankan agar tak terlalu memaksa nona Putri untuk segera mengingat semuanya karena besar kemungkinan itu akan memperburuk pada kesehatan nona Putri. Jadi biarkan saja waktu yang mengatur secara perlahan," jelas Dokter Anton, nona Putri merupakan nama panggilan Metha sejak kecil.
Retha menghela napas tenang, namun tak ayal rasa cemas masih menggerogoti hatinya.
"Terima kasih dokter," ucap Mardwin.
Dokter itu tersenyum tipis seraya membungkukan sedikit badannya. "Sama-sama, Tuan."
Setelah itu Dokter Anton izin pamit ke luar, masih ada banyak para pasien yang harus segera dokter itu periksa.
Retha melangkah mendekati brankar, akan tetapi dalam pandangan orang brankar tersebut lebih terlihat seperti ranjang dan kasur empuk bernuansa minimalis yang ada di sebuah istana, begitu sangat nyaman jika berbaring di sana.