"Bener Kak ... suer tak kewer-kewer ..." sahut Rina terdengar meyakinkan ucapannya.
Beralih ke Rama dan Donita lagi. Kisah kehidupan yang berbeda, ketika semua kembali dalam keindahan dan cobaan membuat hati seseorang menjadi lebih tegar dan sabar, Donita adalah gadis yang mencintai hewan termasuk kucing, pada suatu hari dia terlihat sedang bermain-main dengan seekor kucing, dan nampak dia juga tidak canggung untuk menciumi kucing tersebut, namun entah kenapa yang biasanya dia tidak ada masalah dengan bulu-bulu halus kucing namun kali ini setelah dia mencium kucingnya Donita nampak bersin-bersin.
"Hajjing, hajjing!" lalu Rama pun datang.
"Kenapa?" tanya Rama terlihat begitu khawatir.
"Gak papa cuma bersin-bersin biasa, dari mana?" ujar Donita balik tanya.
"Dari rumah ibu, nanti sore kita ke sana ya? Mbak shanty melahirkan," ujar Rama.
"Gak mau ah, kamu kan tahu aku kurang cocok dengan mereka," jawab Donita dengan muka terlihat sedikit manyun.
"Ya itu karena kamu kurang bisa komunikasi dengan mereka," sanggah Rama.
"Ya jelas lah, mereka kan bukan keluargaku," balas Donita beralasan.
"Ya tapi kan keluargaku Nita ... keluarga suamimu ... jadi otomatis ya jadi keluargamu juga ..." balas Rama berusaha menjelaskan.
"Ya kayaknya aku belum bisa bersikap seperti itu, aku masih menganggap mereka orang lain," jawab Donita tetap kukuh dengan pendapatnya.
"Terserah!" Rupanya jawaban Donita membuat Rama jengkel juga, dan kemudian dia berdiri dan meninggalkan istrinya itu, melihat suaminya pergi Donita bukannya merasa bersalah tapi malah semakin menjadi dengan berkata.
"Sana pergi temui selingkuhanmu!" Rama berhenti dan kemudian menoleh dan balik lagi pada Donita.
"Aku sudah berusaha untuk sabar dengan tingkah lakumu, tapi sekarang aku sudah jenuh, sekarang terserah apa mau mu?!" tanya Rama dengan suara tinggi.
"Mau ku ya kamu di sini saja! Gak usah kemana-mana! Dan kalau pun harus pergi ya gak usah lama-lama juga! Cepat balik!" jawab Donita dengan suara tidak kalah lantang.
Kemudian Rama masuk ke kamar sedang Donita memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa, lalu tidak lama kemudian Rama keluar lagi dengan membawa bantal.
"Sana kamu tidur di kamar," ucap Rama.
"Gak mau, aku ingin merasakan jadi kamu tidur di sofa," balas Donita, dan akhirnya mereka berdua pun sama-sama merebahkan tubuhnya di ruangan itu Donita di atas sofa sudut sedang Rama di sofa pendek yang disatukan.
Mereka berdua pun terdiam tidak ada yang berkata sepatah katapun, dan meski sudah berusaha untuk tidur dengan memejamkan matanya namun tetap saja mereka berdua tidak bisa tertidur, malahan tiba-tiba Donita bersin-bersin.
"Ha, ha, haccing!" Rama langsung terkejut dan kemudian menutup telinganya dengan bantal.
'Pasti dia terganggu dengan suara bersin ku, baiklah aku akan pindah ke kamar aja,' ucap batin Donita dan kemudian dia pun segera bangkit dan berjalan menuju kamar, di dalam kamar Donita pun langsung merebahkan kembali tubuhnya dan kemudian dia nampak berucap lirih.
"Bulan ini Mama sudah pulang belum ya? Kasian Rendy, aku yakin Airis benar-benar menjaganya, andai saja aku bisa memutar waktu," ucap Donita yang kemudian tiba-tiba disahuti oleh seseorang.
"Tak usah pedulikan Rendy, dirimu saja belum tentu bahagia," dan rupanya itu adalah suara Rama, dan kemudian Donita langsung menoleh dan rupanya Rama sudah berdiri disampingnya dengan tangan kanannya membawa satu gelas teh madu hangat.
"Cepat diminum," ujar Rama sambil meletakkan teh madu itu di atas meja dan kemudian langsung keluar lagi, lalu Donita pun duduk.
'Sebenarnya dia itu laki-laki yang baik, tapi kenapa ya aku kok belum bisa mencintainya?' ucap batin Donita bertanya pada diri sendiri.
"Rama bagaimana perasaan kamu?" tanya Donita dar dalam kamar.
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?" Rama diam saja, lalu kemudian Donita melanjutkan bertanya.
"Itu di laci kok ada foto cewek, emang foto siapa?" tanya Donita.
"Kamu tidak perlu tahu, jadi gak perlu tanya-tanya masalah foto itu," jawab Rama yang jelas membuat Donita merasa tidak senang.
"Ya gak gitu juga lah, itu malah membuat hati orang lain jadi tambah penasaran, itu tidak sopan, dan asal kamu tahu aja, membuat hati seseorang penasaran itu malah dosa!" tutur Donita nampak menggurui Rama.
Lalu tiba-tiba Rama bangkit dan kemudian duduk di samping Donita, dan Donita yang semula masih rebahan itu pun langsung segera ikutan duduk.
"Kamu ingin aku menatap matamu?" tanya Rama.
"Boleh," jawab Donita singkat, kemudian mereka berdua pun langsung saling beradu pandangan dalam beberapa menit.
"Udah ah, aku gak kuat," ujar Donita sambil menghembuskan nafas yang dalam beberapa menit agak ditahan, kemudian Donita kembali membaringkan tubuhnya, lalu Rama berkata.
"Gadis itu pacarku, selama aku SMP , SMA dan kuliah di Jakarta, lalu kita berpisah dan tanpa kabar lagi, setelah itu aku pergi ke Bogor dan kemudian langsung menikah dengan kamu, melupakannya terlalu sulit bagiku, karena terlalu banyak kenangan yang sudah kita lewati, ikatan yang diharapkan lancar malah tiba-tiba saja putus, aku tidak pernah menyangka bahwa suratan takdir ternyata berbeda dengan apa yang ada di angan-angan, kalau boleh jujur dia itu kebalikan dari mu, bukan hanya kamu saja yang tersakiti tapi kita berdua, terutama untuk belajar mencintai yang tulus dari hati, entahlah apa yang aku rasakan saat ini, saat berada dekat denganmu," terang Rama.
"Lalu kalau kamu masih sayang kenapa gak kamu tidak berusaha mencarinya? Ya siapa tahu dia juga masih mencintaimu dan mau balikan lagi sama kamu," ujar Donita nampak memberi usulan yang juga sekaligus penjajakan.
"Enggak, karena aku tahu bahwa kalau pun kita bertemu tidak mungkin lagi kita akan bisa bersatu." Donita nampak serius mendengarkan.
"Lalu?" sahut tanya Donita.
"Saat ini aku belajar untuk mencintaimu meskipun kau tidak mencintaiku, ketahuilah bahwa aku tidak akan pernah melepaskan apa yang saat ini telah menjadi milikku untuk selamanya," ujar Rama, dan kemudian Donita pun langsung menjawab.
"Itu kan namanya egois?"
"Aku rasa tidak, karena yang sudah jadi milikku ya tetep harus jadi milikku, tapi satu yang ingin aku tanyakan kepadamu, apakah kamu menginginkan perceraian denganku?" Donita pun langsung menjawab.
"Ah entahlah aku tidak tahu."
Kemudian Rama berdiri dan berjalan membuka pintu.
"Mungkin tidak, karena aku juga akan belajar untuk mencintaimu," ujar Donita, lalu kemudian Rama pun keluar, nampak Donita mengeluarkan nafas lega sambil berkata.
"Kenapa tiba-tiba saja aku merasa lega ya?" Kemudian Donita meraih minuman yang dibuatkan oleh Rama.
"Hmmm kayaknya enak juga, aku minum ah ..." dan kemudian ia pun kembali merebahkan tubuhnya untuk istirahat.