Fahri tanpak tidak semangat hatinya begitu berat untuk pergi keluar negri, rasa rindunya masih belum terpuaskan. Selang beberapa hari, dia ingin Zahrah selalu disampingnya dan membawa Zein kemana mana untuk menghabiskan waktu bersama putranya. Zahrah membawa barang barang suaminya meletakan kebagasi dan siap pergi kebandara.
"Bang ayo kita berangkat ..kok berdiri disini sih..tu mobil abi dan ayah udah siap.. kasian pak udin juga nunggu ayo" kata Zahrah menarik tangan suaminya.
"Abang...males.. rasanya..susah untuk berpisah juga darimu" jawab Fahri.
"Apa perlu aku dan Zein ikut menemanimu... tapi Zahrah ngak bisa bahasa inggris bang disana"kata Zahrah. Ada binar dimata Fahri mendengar Zahrah mau ikut denganya.
"Iya..aku ingin kau ikut dan juga Zein .. kalau masalah bahasa inggris aku akan mengajarimu.. semua keperluan...abang yang akan penuhi."jawab Fahri.
Salman keluar dari mobilnya dan melihat Fahri tengah berbincang dengan Zahrah.
"Fahri ayo berangkat nanti terlambat" kata Salman
"Abi..aku tidak jadi berangkat" jawab Fahri sambil menoleh melihat ayahnya.
"Kenapa..Zahrah..akan baik baik saja disini" ucap Salman dan semuanya turun dari mobil.
"Abi..Fahri ingin membawa Zahrah dan juga Zein ke Amerika"sahut Fahri.
"Apa...apakah abi tidak salah dengar dengan ucapanmu kenapa" tanya Salman seakan tak percaya dengan kata kata Fahri.
"Fahri tidak sanggup terpisah dengan mereka lagi.. kumohon abi izinkan Fahri untuk membawa mereka"jawab Fahri dengan diminta kasihani
"Abi tak masalah..cuma abi masih kangen dengan cucu .."jawab Salman
Semuanya terpaku dengan senyuman mendegar ucapan Salman. Lalu perjalanan itu ditunda untuk membuat paspord untuk Zahrah.
*****
Paisal saat ini begitu terluka, semenjak kematian Aisyah yang dulu cukup dekat dengan gadis itu. Sekarang dia tidak mampu melihat pernikahan Fahri dan Zahrah. Harapanya adalah dia ingin menikahi Zahrah dan tak keberatan jika Zahrah memiliki putra.
Kini pikiranya melayang seakan gelap gulita dihatinya, karirnya sangat bagus dan dia juga sukses tapi tidak dihatinya . Paisal melangkah melihat pemandangan diluar rumahnya yang cukup mewah. Tiba tiba dia melihat seorang wanita yang cukup muda wajahnya terlihat manis, rambutnya agak ikal dan tubuhnya lumayan tinggi tengah berolah raga. Mungkin dia tetangga baru pikir Paisal.
Paisal turun dari tangga rumahnya untuk melihat gadis itu lebih dekat dan gadis itu menatap dengan senyuman.
"Hai.." ucap gadis itu.
"Hai..olahraga sendiri ya" kata Paisal.
"Iya..kenalkan aku Kamila" kata Kamila mengulurkan tanganya .
"Paisal" jawab Paisal sambil menyambut tangan Kamila.
"Oh.. kamu tinggal disekitar sini " tanya Kamila gayanya agak kebule bulean.
"Iya..itu rumahku..Kamu.. sepertinya lama diluar negeri melihat gaya dan cara kamu bicara" kata Fahri.
"Iya.. betul.. aku kuliah di Amerika mengambil jurusan arsitek..kamu gimana "sahut Kamila
"Aku dokter" jawab Paisal.
Mendegar kata kata Paisal membuat Kamila tertarik. Dia adalah gadis yang pernah bertemu dengan Fahri waktu dipesawat. Melihat penampilan Paisal cukup tampan dan sebagai dokter dia ingin mengenal Paisal lebih dekat. Kehidupan Kamila agak bebas diluar negeri dia terbiasa bergaul dengan laki laki bahkan tidurpun tak masalah baginya yang penting melakukanya suka sama suka.
"Melihat senyuman mu kau pasti pria yang kesepian ya.."Ucap Kamila dengan senyuman.
"Iya.. aku kesepian gadis yang aku idamkan sejak dulu menikah"sahut Paisal.
"oh so sad..pasti sangat terluka ya" tanya Kamila
"Yaa tentu aku sangat terluka.. bagiku tidak ada gadis lain seperti dia" ucap Paisal secara tidak sadar.
"Termasuk yang didepanmu sekarang" sahut Kamila dengan senyumanya
"Tidak tau karena aku masih belum mengenalnya" jawab Paisal.