"Eh, benar sekali Raden. Eh, Ndoro … ah, maafkan saya yang belum tahu harus menyebut apa," dengan bingung, Vanessa langsung meralat kata-kata yang ia sendiri meragukan benar atau salahnya.
Tapi bukannya tersinggung, laki-laki yang berusia lebih dari setengah abad itu malah kembali memperdengarkan tawanya,
"Ha ha ha … panggil saja Romo, seperti Widya memanggilku," demikian sang bangsawan tinggi itu memberitahu.
"Oh, iya … baiklah Romo …" meski sedikit canggung, Vanessa ternyata cukup fasih menyebut nama panggilan tersebut. Hal itu tentu saja disebabkan karena ia sering mendengar Widya sering mengucapkannya.
"Nah, begitu malah lebih akrab dan terdengar kekeluargaan. Ah, Vanessa … calon insinyur tehnik, seorang gadis yang merancang sebuah pembangunan jembatan gantung. Ck ck ck, aku pribadi sangat salut dan kagum denganmu …" demikian ayah Widya berujar saat mereka bertiga sudah duduk di kursi tamu yang terdapat pada ruang kerja tersebut.