Merasa sudah mulai mengenal tabiat si orang tua yang suka ngomong seenaknya saja, Indra pun menjawab dengan tak mau memancing perdebatan lebih panjang lagi. Sebab ia tahu bila ulah Joko Samudra pastilah akan bertambah saja menjadi, kalau mereka berdua terlihat canggung karena mempan dikerjai seperti itu.
"Wah, Bapak paranormal, ya? Kok tahu kalau kami pacaran?" tanpa beban apapun, pemuda itu langsung saja menyahut untuk memberikan kebahagiaan lebih bagi sang sekuriti berkumis tebal.
"Ha ha ha … sudah kuduga …" langsung saja, lelaki paruh baya tersebut berjingkrak kegirangan karena hasil memuaskan dari tebakan jitu yang tadi sudah ia lancarkan secara ngawur.
Namun yang membuat kejadian tersebut bertambah lebih ramai dan heboh lagi, adalah perbuatan Vanessa yang sama sekali diluar dugaan Indra Perkasa. Karena seperti sepaham saja, gadis itu malah melangkahkan kaki untuk mendekat pada si pemuda dan langsung saja menggandeng tangan Indra sambil berkata genit,
"hi hi … Bapak ini pinter, deh … sekali pandang saja langsung tahu kalau kami saling mencinta," demikian ujarnya sambil dengan manja berpura-pura melendot pada pundak pemuda yang baru dikenalnya.
Tentu saja, Indra bagai ingin melompat saking kagetnya. Karena tangan sehalus itu dengan wangi semerbak yang menguar dari tubuhnya, dengan seketika telah membuatnya bagai tersengat aliran listrik ribuan volt.
Namun, hal itu telah langsung saja terabaikan setelah Joko Samudra kembali berbicara,
"Lah … jelek dan tua gini, aku kan banyak pengalaman. Melihat sorot mata kalian saat saling lirik dan berpandangan saja, aku langsung paham jika ada pijar-pijar yang saling terpercik dari dalam hati kalian …" dengan jumawa, langsung saja laki-laki tua itu menepuk dada saking bangganya.
"Hi hi hi … bapak ini kok lucu? Eh, ini bukan bapak kamu, kan?" mendadak, Vanessa nyeletuk curiga saat melihat wajah Indra yang 'flat' saja dalam menghadapi kelakuan si orang tua berperut buncit.
---
Mendengar pertanyaan yang tak disangka itu, langsung saja Indra teringat bahwa dirinya belum secara resmi memperkenalkan kedua orang yang sama-sama baru dikenalnya pada hari itu,
"eh, perkenalkan … bapak yang baik ini adalah dewa penolongku. Namanya Bapak Joko Samudra, komandan sekuriti di kampus kita. Pak Joko, perkenalkan ini Vanessa …" kembali menjadi Indra yang sopan dan serius, pemuda itu langsung saja memperkenalkan dirinya.
"Wah, saya merasa terhormat karena sudah diperkenalkan dengan Bapak." Vanessa menyambut perkenalan itu dengan hati yang senang.
"Oke, oke … senang dengan perkenalan kita." Demikian komentar sang sekuriti sambil menerima jabat tangan si gadis.
"Eh, kalian sudah lapar, bukan? Yuk, bapak traktir makan di eS Ge Pe Ce … mumpung aku baru gajian, nih. Ha ha ha …" demikian sambung Joko Samudra yang tertuju pada mereka berdua, lalu diakhiri dengan tawanya yang sangat khas.
"Uh, gimana, ya …" Indra tampak sedikit bingung mengenai ajakan itu. Karena tentu saja, ia tak mau merepotkan.
Selagi Vanessa juga terlihat ragu untuk menerima tawaran simpatik itu, kembali lelaki paruh baya baik hati itu menyambung,
"Mbak cantik ini ikut saja sekalian. Ayo, biar rame kita makan bareng. Jangan malu, ayo … kita bareng naik mobilku yang sudah tokcer ini." Demikian ujarnya sambil menepuk-nepuk kap mobil kebanggannya.
Saat itulah, mendadak saja Indra teringat akan sesuatu. Dimana ia menebak, bahwa mungkin saja Vanessa akan keberatan untuk menumpang kendaraan yang terlihat kotor dan mengenaskan bentuknya itu. Sebab secara tak langsung, ia sudah mengetahui betapa bagus dan mewahnya kendaraan pribadi milik si gadis.
Namun selagi Indra melirik ke arah mobil Vanessa dan mengalihkan pandangannya pada pemiliknya, langsung saja ia telah menangkap sebuah gelengan kepala yang tak kentara dari gadis tersebut. Dan saat mengetahui hal itu, si pemuda pun mengurungkan niatnya untuk mewakili Vanessa menjawab.
Tak lama setelah ia bingung menentukan sikap, dengan wajah yang begitu senang gadis itupun telah saja menjawab untuk mengiyakan ajakan Joko Samudra.
"Wah, asyik … baru juga daftar ulang, malah udah ketemu orang baik yang mau traktir. Hi hi hi … yuk, saya mau kalau ditraktir," demikian ujar si gadis sembari tertawa untuk memperlihatkan gigi-gigi kecilnya yang sedemikian rapih dan putih.
"Ha ha ha … jangan ngerayu aku si orang tua. Kamu mau diajak, karena ada Indra, kan? Hayoo …" langsung saja, sekuriti itu melancarkan pertanyaan yang masih saja menjurus untuk mengerjai.
Namun kedua orang muda yang sudah mulai kebal dengan berbagai canda garing itu, nampaknya sudah tak mempan lagi dengan omongan yang dimaksudkan untuk mengerjai mereka. Hingga akhirnya, mereka bertiga pun sudah saja masuk ke dalam kendaraan kesayangan Joko Samudra.
---
Pada intinya Indra pun jadi semakin mengerti, bahwa gadis yang baru saja ia kenal itu adalah sesosok rendah hati yang tak mau mengecewakan orang lain. Karena ia tahu, jika sebenarnya Vanessa bisa saja menolak untuk ikut. Tentu saja, untuk menghindar dari berdesakan dalam kabin kendaraan yang panas dan berisik karena semua perangkat yang sudah usang serta kurang perawatan itu.
Selain itu si pemuda pun semakin paham. Bahwa dalam sepenggal cerita itu, Vanessa juga telah menunjukkan kebesaran serta kerendahan hatinya. Karena dengan tak memperdulikan segala kekurangan orang lain, ia lebih suka membuat sesamanya menjadi senang. Sebab itulah, sang gadis lebih memilih untuk membahagiakan si orang tua lucu yang cerewet tersebut dengan ikut menumpang mobilnya.
Tanpa perlu ditelaah lebih lanjut, Indra pun mengerti jika mobil sang gadis pastilah lebih nyaman serta dingin hingga tak perlu berkeringat seperti itu. Namun meskipun demikian, Vanessa bahkan tak menunjukkan suatu ekspresi penderitaan atau bahkan tak nyaman saat mereka menyusur jalan kampus dalam kondisi pengap.
"Tahukah kalian? nasi pecel di kampus ini adalah legenda. Karena yang mengawali istilah eSGePeCe untuk menyingkat kalimat Sego Pecel, ya disini ini. Lalu saking terkenalnya, semua warung nasi pecel langsung saja meniru menggunakan ungkapan SGPC sebagai istilah kerennya." Dengan cerianya, lelaki paruh baya itu mengoceh tak henti sementara deru mesin dan suara gemerisik bising terus saja mengisi perjalanan mereka yang gerah karena suasana panas di dalam kabin kendaraan.
Hingga akhirnya, sampailah mereka di warung nasi pecel yang berada dalam lingkungan kampus mereka. Disanalah juga, kondisi sebenarnya terkait Indra Perkasa telah saja terungkap dalam pembicaraan yang lebih serius bersama Joko Samudra dan Vanessa.
Saat ditanya, Indra memang menceritakan keadaan dirinya dengan apa adanya. Pula ketika kedua orang tersebut menyinggung tentang tempat tinggalnya selama kuliah nanti, pemuda itupun tetap menjawab dengan jujur bila ia belum memiliki gambaran terkait bagaimana harus menyewa kamar yang murah.
Joko Samudra yang semenjak awal memang sudah merasa bersimpati dengan pemuda yang nampaknya jujur dan cerdas itu, akhirnya memberi sebuah solusi yang menguntungkan kedua belah pihak. Lelaki itu menagih janji Indra yang sudah sanggup untuk memperbaiki mobilnya, namun juga hendak bertanggung jawab dengan memberikan tempat berteduh untuk sementara. Joko Samudra, memberi tempat pada Indra untuk menginap di sebuah ruang kosong dalam markas pusat pengamanan kampus.
***
MASA SEKARANG,
lima tahun setelah hari pertama Indra Perkasa menginjakkan kakinya di kampus impian.
Dalam sebuah rumah megah yang terlihat begitu nyaman, Indra perkasa terlihat sedang duduk membisu di depan sebuah perangkat komputer. Tapi meskipun terlihat sedang melakukan sesuatu, nyatanya tidaklah seperti itu. Karena jika saja kita bisa menjenguk ke dalam hati serta pikiran si pemuda, akanlah kita tahu bila saat itu ia sedang merenungkan sebuah kenangan tentang saat-saat manis perjumpaannya dengan Vanessa. Dimana pada saat sekarang ini, pemuda tersebut sedang berada di tengah dilema yang mengombang-ambingkan nalar serta perasaannya.
Betapa tidak akan hatinya jadi gundah dan gelisah, bila sang cinta pertama terus saja memaksa dirinya. Dimana, gadis itu berharap agar Indra secepatnya meninggalkan istri serta sang buah hati yang telah membuat jatuh cinta dalam nalurinya sebagai seorang Ayah.
Sementara di sisi lain, tentu saja urusannya tidak sesederhana seperti yang dipikirkan oleh Vanessa. Karena kebersamaannya bersama Miranti, adalah merupakan sebuah ikatan dengan segala hal serta persyaratan yang tertulis pada perjanjian pernikahannya. Hingga meskipun Vanessa tak pernah berhenti mengharapkannya untuk kembali, tetap saja hati si pemuda belum bisa menemukan jalan keluar terbaik.
---
Di saat Indra masih saja tenggelam dalam lamunan yang seolah tiada akan berakhir, mendadak saja terdengar sebuah suara merdu yang langsung saja membuat pemuda itu terjaga.
"Eh, malah sibuk terus ya, Dek … aduh, ditungguin di kamar sama adek kok nggak juga masuk. Ya udah, kita susul saja. Hi hi hi …" lembut merayu, suara itu menggema dalam iring langkah halus gemulai sesosok tubuh yang tiba-tiba keluar dari sebuah ruangan yang berbeda.
Dengan seketika buyarlah lamunan si pemuda, karena kehadiran sang istri yang mengusik kesendiriannya. Dan sepertinya, wanita itu sedang kembali mencari-cari perhatian dengan memanfaatkan bayi manis yang sedemikian menggemaskan dan sudah membuat dirinya jatuh hati.
Dengan cepat Indra menoleh, lalu menemukan sosok dewasa yang sedemikian anggun serta rupawan meski hanya berbalut kain daster batik yang ia beli di pasar. Dalam buaian wanita tersebut, sesosok mungil berwajah menggemaskan nampak sedang asyik menghisap ASI dari dada sang ibundanya.
Tentu saja, hal tersebut sudah membuat Indra sedikit jengah. Karena hingga satu tahun pernikahan mereka berjalan, pemuda itu belum juga bisa terbiasa untuk melihat bagian tubuh dari sang istri yang selalu saja menggugah sesuatu dari dalam jiwanya.
Tidaklah akan salah jika menduga wanita cantik usia tigapuluhan itu, sepertinya sengaja menggoda laki-laki tampan berbadan tegap yang sedang dilanda gundah itu. Karena dengan tak memperdulikan kecanggungan si pemuda, Mama cantik yang masih memiliki bentuk tubuh layaknya gadis remaja tersebut terlihat terus saja mendekat sembari tak henti bersenandung.
Lalu setelah mereka sudah semakin berdekatan, iapun kembali berbicara sendiri,
"eh, malah nglihatin Papa terus. Papa … lihat adek, dong. Jangan sibuk terus, adek kan juga pengin disayang juga … cup cup cup, Sayaangg …" lanjut lagi celoteh Miranti yang seolah tengah mengajak sang buah hati untuk bercanda.
Sang wanita yang dengan terang-terangan menyusui si bayi di dekat suaminya itu, sedikitpun tak terlihat merasa malu atau bahkan canggung. Dan entah disengaja atau tidak, sang adik bayi malah segera saja nampak bergerak untuk melepaskan puting payudara sang ibu yang sedang dihisapnya.
Sementara Indra yang kini sedang memperhatikan anaknya dengan perasaan yang masih saja jengah, tentu saja menjadi semakin berdebaran hatinya. Karena bagian tubuh intim istrinya itu, tentu saja telah begitu mengundang hasrat dan keinginannya.
Dimana selama ini ia merasa, jika perasaan terkait yang satu itu seolah selalu saja dipermainkan oleh Miranti.
***