Indra sama sekali tidak mengerti pasti, mengapa semua bisa jadi berubah menjadi seperti itu. Miranti yang selama ini selalu menjaga jarak dan memastikan semuanya agar tetap berada dalam jalur, mendadak saja jadi berubah setelah bayi mereka berusia tiga bulan.
Selama ini, wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu memang tak pernah mengijinkan Indra untuk menikmati kebersamaan layaknya antar pasangan suami-istri yang wajar. Karena bahkan untuk sekedar melihat kondisi pribadi istrinya saja, pemuda itu sudah merasa sungkan. Sebab meskipun masih berada dalam batas kesopanan, sosok cantik dan anggun tersebut pasti akan memberikan sebuah isyarat tanpa kata. Dimana itu dimaksudkan, supaya sang suami tahu diri untuk tidak mencoba-coba mencuri pandang pada bagian tubuhnya yang sedikit terbuka.
Sesuai perjanjian yang sudah disepakati bersama, tertulis dengan tegas adanya sebuah aturan terkait pelarangan. Dimana hubungan yang mengarah pada keintiman atau bahkan keakraban, adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Bahkan dengan hanya bersentuhan secara langsung pun, hal tersebut juga ditabukan di antara keduanya.
Selain hal-hal tersebut, perjanjian pra nikah di antara Indra Perkasa dengan Miranti, dengan jelas juga menyebutkan jangka waktu tertentu sebagai kewajiban yang dijalankan oleh keduanya. Secara gamblang dan tertulis tegas, disebutkan pula bila keduanya akan mengakhiri ikatan tersebut setelah sang anak terlahir berumur satu tahun.
Dasar perjanjian yang dimaksudkan untuk menciptakan berbagai aturan dalam pernikahan mereka, tentu saja merupakan gagasan yang berasal dari Miranti sendiri. Karena wanita yang terpaksa harus mencari seorang suami secara mendadak itu, pastilah akan merasa direndahkan dengan perbedaan status sosial keduanya.
Sebelum pernikahan itu terjadi, Indra Perkasa hanyalah merupakan seorang karyawan magang dalam perusahaan pribadi milik Miranti. Kemudian karena satu dan lain hal yang diperhitungkan menurut asas simbiosis mutualisme, merekapun menikah dengan tanpa adanya unsur paksaan.
---
Namun demikian, akhir-akhir ini semua kejadian telah saja datang tanpa didahului oleh suatu gelagat apapun. Karena entah bagaimana awalnya, Miranti telah saja berubah menjadi sesosok wanita lembut dan keibuan yang sangat memperhatikan keluarga kecil mereka. Dan jika dulunya wanita tersebut selalu dipenuhi dengan aura dingin yang sedemikian menimbulkan rasa segan, pada masa kini telah saja sungguh terasa berbeda.
Hal itu, tentu saja tidaklah segera dapat dicerna oleh logika seorang pemuda bau 'kencur' yang bernama Indra Perkasa. Karena meskipun ia memiliki kecerdasan serta mental yang lebih unggul dibanding teman sebaya, namun tidaklah akan demikian jika hal tersebut sudah menyangkut pada urusan wanita. Dimana dalam hal yang satu itu, tentu saja ia belum memiliki pengetahuan mendalam tentang lawan jenisnya.
Lalu yang menjadikannya semakin tidak sebanding lagi, adalah terkait masalah pengalaman. Sebab pastilah akan sangat jauh dibawah kemampuan, jika sang jejaka harus berhadapan dengan seorang wanita matang yang sedemikian cantik serta penuh pesona itu.
Rekam jejak Miranti yang pernah menjanda dua kali, tentu saja akan membuat wanita itu memiliki sekian banyak jurus ampuh untuk meluluh-lantakkan kemurnian jiwa si lelaki lugu. Dan apa yang tengah terjadi pada diri Indra Perkasa saat ini, sepertinya merupakan sebuah aksi permulaan dari sang wanita matang yang entah dimaksudkan untuk tujuan apa.
---
Belum juga Indra tersadar dari hipnotis Miranti yang menggunakan keindahan bagian tubuhnya untuk membius sukma, kembali si pemuda mendengar sebuah teguran halus yang sedemikian penuh perhatian.
"Sudah waktunya istirahat, Pa … ayo kita ke kamar, adek sudah ngantuk. Uhhh, cup cup cup, Sayaangg … sebentar ya, Dek … Mama mau ajak Papa dulu biar sama-sama bisa kelonin adek." Kembali Miranti mengaduk hati Indra dengan tawaran yang menarik minat, namun sekaligus akan menyiksa dirinya hingga semalaman penuh.
Tapi sebagai seorang suami yang baik dan bertanggungjawab, laki-laki muda itu tak mau menunjukkan keberatannya sama sekali. Karena hatinya yang selalu saja dipenuhi oleh kasih sayang, dengan segera saja telah tergerak menerima sang bayi yang seperti sedang disodorkan agar berpindah ke dalam gendongannya.
Segera saja, Indra bangkit berdiri untuk menyambut sosok mungil yang nampak tersenyum di saat merasakan kehadiran sang Papa. Dengan hati-hati, Indra pun berusaha merangkul untuk mengambil bayi tersebut agar berpindah ke dalam buaian tangannya.
Srrrttt …
Mendadak saja, sebuah sentuhan tak sengaja telah saja membuat seluruh badan Indra terasa bergetar. Sebenarnya, Indra sudah sangat berhati-hati agar tak menyentuh atau bahkan menghiraukan pemandangan indah di hadapannya. Namun tetap saja, tonjolan dada sang istri yang tak mengenakan pakaian dalam itu telah saja menempel pada punggung tangannya.
Kelembutan yang telah tersentuh hingga dapat ia rasakan kehangatannya, tentu saja telah seketika membangkitkan sesuatu yang begitu ia takutkan. Dimana hal itu, adalah merupakan sebuah awal buruk dalam kebersamaan mereka nanti. Karena menahan dorongan dari gejolak darah muda selama semalaman, pastilah merupakan sebuah perjuangan berat yang akan menggerus energi.
"Ma-maaf …" dengan terbata, Indra langsung saja meminta maaf, ketika kelembutan hangat buah dada Miranti secara tak sengaja tersentuh olehnya.
"Oh, nggak papa .. abaikan saja," dengan cepat, wanita itu menjawab sembari menundukkan wajahnya yang merona tersipu. Dan anehnya, Indra malah menangkap secercah senyum simpul dari bibir merah yang sangat menggoda itu.
---
Sementara terdiam karena tak tahu harus bagaimana, si pemuda langsung saja bisa mengingat kembali segala perbuatan yang sudah dilakukan oleh wanita tersebut. Akhir-akhir ini, Miranti telah saja seolah mengabaikan segala aturan dari perjanjian yang sudah tertulis di depan notaris. Bahkan klausul yang menyebutkan jika mereka tak boleh melakukan sebuah interaksi yang menggambarkan kedekatan, dengan begitu terang-terangan malah terlihat sengaja ia nafikan.
Contohnya seperti yang akan terjadi sekarang, dimana saat ini menginjak hari ketiga semenjak dimulainya penyiksaan demi penyiksaan yang menyiksa batin Indra Perkasa.
Awalnya, sang wanita penuh aura memabukkan itu memohon padanya. Dalam tutur lembut semanis madu, Miranti meminta 'sang Papa' turut membantu 'Mama' ketika direpotkan oleh tangis sang adik baby yang selalu saja terjaga di tengah malam.
Itulah satu alasan yang dikatakan oleh Miranti kepada Indra. Dimana menurut dirinya sebagai seorang wanita bersuami, iapun layak mendapatkan dukungan di saat harus terjaga dari lelap akibat tangisan sang buah hati.
Hingga dengan nada setengah merajuk yang terdengar begitu manja di telinga suaminya, Miranti mengharapkan kesediaan Indra untuk berada dalam satu kamar bersama istri serta anaknya. Padahal bahkan semenjak mereka meresmikan pernikahan, belum pernah sekalipun wanita itu mengijinkan Indra untuk tidur dalam satu pembaringan.
Tentu saja, laki-laki muda itu segera menyambut dengan baik permintaan istrinya. Hingga dengan tanpa rasa terpaksa, iapun bersedia untuk bersama menjaga dan melakukan apapun agar sang istri tidak terlalu repot mengurusi bayinya sepanjang malam.
Namun dalam kesanggupan yang didasari oleh niat baiknya itu, Indra malah menemukan banyak hal yang pada akhirnya membuat ia jadi tersiksa. Karena segala rejam hasrat dan tekanan perasaan yang terlalu sulit untuk ia redakan di setiap malam, ternyata telah saja telah menjadi sebuah neraka bagi jiwanya.
Betapa tidak akan demikian?
Miranti yang semula berbicara dengan serius dan tak menampakkan sedikitpun tanda-tanda mencurigakan, pada akhirnya malah telah melakukan sebuah kekejaman yang tak memperlihatkan belas kasih. Karena begitu mereka sudah sepakat untuk sama-sama menjaga sang bayi di dalam kamar, mendadak saja wanita itu meminta Indra agar bersedia tidur diatas ranjang yang sama. Dengan dalih, bahwa sepasang suami istri memang tak dilarang untuk melakukannya.
Si lelaki muda yang hanya menurut saja, tidaklah menyadari jika akhirnya akan menemukan banyak kejadian yang membuat dirinya menjadi frustrasi. Bagaimana tidak akan begitu? Karena bahkan pada saat melewati malam pertama, ia malah menemukan sebuah kenyataan yang benar-benar diluar dugaannya. Dan hal tersebut, terus dan terus saja terulang pada malam berikutnya.
---
Seperti yang juga akan terjadi pada malam ini ...
"Uhhh … manjanya anak Papa. Hi hi hi … digendong Papa, langsung aja senyum gitu. Uh, Sayaangg … kangen sama Papa, ya? Yuk, bobok. Adek sudah ngantuk, kan? Ayo, Pa … kita ke kamar," tak memperdulikan raut heran di wajah Indra Perkasa yang belum juga dapat disembunyikan selama beberapa hari ini, Miranti terlihat sangat lincah dan ceria untuk mengajak keluarga kecilnya menuju kamar.
Lalu bak sepasang pengantin baru yang tengah bahagia dengan kehadiran sang buah hati pertama, wanita itupun segera merangkul pundak suaminya untuk ia pandu melangkah perlahan. Dan seperti tak mau melupakan sesuatu, wanita itu telah langsung kembali beraksi. Yakni dengan kembali menempelkan dadanya yang tak berbungkus pelapis dalam, untuk menekan dengan hangat lengan-lengan kokoh yang sedang menggendong sang bayi.
Dan bagai seseorang yang terserang amnesia, wanita itu benar-benar sudah melupakan semua batasan yang tertulis bagi mereka ...
Apa yang kini terjadi pada Miranti, sebenarnya tidaklah begitu mengherankan. Karena layaknya seorang yang tengah dilanda krisis percaya diri, wanita cantik yang dulunya selalu tampil sempurna itu seolah sudah menjelma kembali menjadi seorang gadis remaja.
Bahkan lebih dari itu, ia juga selalu berusaha untuk menyenangkan hati suaminya. Dimana dalam sikap manis dan perlakuan penuh cinta pada Indra, wanita tersebut juga tak pernah lupa memperlihatkan bagian tubuhnya agar mendapatkan sebuah pengakuan.
Lalu di saat ia melihat wajah Indra menjadi merah karena jengah dan menahan perasaan, saat itulah ia mendapatkan sebuah kepuasan sementara. Karena di mata sang wanita, sosok tampan yang sedemikian mengekspresikan kegugupan akan minatnya, secara tak langsung sudah membuktikan jika tubuhnya masihlah sangat menarik bagi para kaum Adam.
Secara tidak disadari, melahirkan seorang bayi terkadang akan membawa sebuah konsekuensi yang dapat mempengaruhi seseorang. Dan faktor utama yang menyebabkan hal itu, biasanya hanya dikarenakan oleh perasaan sang ibu yang memandang dirinya sudah tidak menarik lagi akibat dari proses kehamilan serta melahirkan.
---
Sesampai di kamar dan belum juga mencapai peraduan, mendadak saja terdengar suara rengek seorang bayi. Miranti yang masih saja melendot manja pada lengan Indra, dengan cepat langsung menghentikan langkah.
Lalu, iapun segera lebih mendekatkan diri pada si bayi. "Uhh … kenapa anak Mama rewel? Oh oh oh, masih mau mimik lagi?"
Kentara sekali, wajah cantik itu terlihat berseri saat memandang bayinya yang masih berada dalam gendongan sang suami. Kemudian di saat ia mendengar kembali rengekan kedua, dengan trampilnya ia langsung mengambil alih bayi tersebut untuk dipeluknya dalam buaian.
"Uh, Sayaaangg … cup cup, jangan nangis. Sebentar, Mama duduk dulu." Bak berbicara sendiri, wanita itu mengatakan pada anaknya. Lalu setelah ia tiba di bibir tempat tidur, langsung saja dirinya duduk dan membenahi posisi sang bayi untuk segera menyusuinya.
Akan tetapi, mendadak saja sang bayi menggerak-gerakkan kepalanya seperti mencari sesuatu. Dan paham akan kemauan si anak, Miranti segera saja terdengar berceloteh kembali,
"Uh uh … nyari Papa? Itu Papa di situ. Oh, pengin ditungguin juga? Ayo, Pa … sini dekat-dekat adek. Adek mau mimik, terus bobok …" berlagak berbicara pada sang bayi, Miranti mengatakan hal itu agar Indra ikut mendekat dan menunggui anaknya.
"Nah … itu Papa. Pa … disayang, dong. Chaca kan mau disun juga sebelum bobok …" lembut dan merayu, sang Mama muda terus saja mengajak bicara sang bayi sembari menyiapkan dirinya untuk menyusui. Terlihat, satu tangan wanita itu sudah mulai melepaskan satu persatu kancing dasternya.
"Eh, adek … ini Papa di sini. Adek nggak boleh nakal, ya … ayo bobok, biar Papa menjagamu semalaman. Cacha sayang, jangan rewel, Nak. Uh uh, cantiknya anak Papa …" tergerak oleh naluri hati yang memang sudah merasa sangat mengasihi anak itu, Indra langsung mendekat dan mengajak bayi lucu itu untuk bercanda.
Namun selagi Indra hendak mencium sang bayi seperti permintaan Miranti, mendadak saja ia jadi tertegun. Karena si lelaki muda yang sudah memposisikan diri dengan bertumpu pada kedua lutut agar sejajar dengan bayi dalam pangkuan, seketika itu telah langsung saja gemetaran di sekujur tubuh.
Sebab pada saat yang bersamaan, Miranti malah sudah membuka kain yang menutupi dadanya. Dan tanpa tahu disengaja atau tidak, wanita tersebut langsung saja mendekatkan payudaranya pada bibir anaknya. Dimana pada saat itu, wajah Indra malah sudah terlanjur berada dekat dengan pipi sang bayi.
"Iya, sayang … jangan rewel, ya … ada Papa dan Mama yang akan menjagamu. Uh uh … ayo mimik," seolah tak perduli jika yang dilakukan itu adalah sebuah kejahatan terselubung, Miranti berlagak tak tahu menahu dengan reaksi tubuh Indra yang bagaikan tersengat aliran listrik. Karena dengan serta merta, puting menegang yang sudah siap untuk memberi ASI itu malah seperti sengaja disodorkan pada bibir suaminya.
***