"Ini merupakan temuan besar patut kita apresiasi. Kerjasama antara tim SET DJBC dengan Bareskrim Mabes Polri benar-benar membuahkan hasil dan jujur prestasi ini sangat memuaskan. Semua temuan ini akan kami jadikan barang bukti. Sementara anak-anak dan remaja yang menjadi korban penculikan akan kami kembalikan ke negaranya masing masing melalui Dirjen Imigrasi." ucap Menteri Ekonomi Ibu Sri Mariyani pada konferensi pers yang dilaksanakan sesaat setelah penggerebekan besar-besaran yang dilakukan oleh DJBC dan Bareskrim Polri.
Nanggala menatap televisi yang ada diruang kerjanya sebelum akhirnya merentangkan tangannya, meluruskan seluruh otot ototnya dan mengguap. Ia membuang gelas kertas yang baru saja ia gunakan untuk membuat kopi instan.
"Mau kemana, Gal? " tanya Kevin saat melihat Nanggala sudah berganti pakaian dengan pakaian kasual andalannya. Jaket kulit, celana jeans dan sepatu vantovel.
"Baliklah gue. Ngantuk! " ucap Nanggala seraya melambaikan tangannya ke arah Kevin. Beberapa kali Nanggala menguap saat berjalan menuju ke tempat parkir. Ia mengambil helm fullface nya dan mengendarai motor sport Ninja 250 cc warna hitam andalannya.
Nanggala memecahkan keramaian subuh hari dengan mengendarai motor sport nya. Hari memang belum siang, matahari saja belum muncul, tapi kota ini seolah tidak pernah tidur. Masih saja ramai lalu lalang orang. Nanggala berhenti tepat di lampu merah. Ia menghela nafas panjang saat kembali menguap dan memasukkan kedua tangan pada saku jaket kulitnya.
Perhatiannya tertuju pada sebuah teriakan dari beberapa orang yang nampak begitu santer terdengar saat mereka berlari sekuat tenaga.
"Jalan.. Ayo buruan! " ucap seorang gadis yang tiba-tiba saja naik di atas motor Nanggala. Nanggala membuka penutup helm fullface nya sejenak dan menatap kebelakang. Nampak seorang gadis blesteran dengan wajah seperti orang latin, nampak kusam, dan penuh keringat, duduk di bagian belakang motornya.
"Sorry. Gue bukan ojek! "
"Tolongin gue! Mereka bakal bunuh gue. Please buruan jalan! " ucap Gadis itu lagi. Kali ini seraya menepuk pundak Nanggala beberapa kali.
"Lo budeg? Turun! Gue nggak ma--"
Dor!
Dua buah tembakan tiba-tiba melesat ke arah Nanggala yang membuat Nanggala mengumpat. Ia segera saja tanjap gas tanpa peduli jika lampu pengatur jalan masih menyala merah.
Nanggala sekuat tenaga menarik tuas gas motor sport nya saat menyadari ada sebuah mobil jeep yang kini mengikuti Nanggala.
"Anjir! Lo siapa sih?! Nyusahin gue! " teriak Nanggala yang semakin cepat mengendarai motor sport nya. Sementara gadis itu melingkar kan kedua tangannya di pinggang Nanggala. Memeluk cowok itu erat-erat.
Dor!
Mobil jeep itu masih mengejar Nanggala sembari meletuskan senjata yang membuat Nanggala sedikit oleng untuk menghindari peluru tajam. Nanggala memutuskan untuk keluar dari jalan protokol menuju ke jalan Kampung yang hanya cukup dilewati oleh dua buah motor. Otomatis mobil jeep itu tidak dapat mengejar Nanggala. Namun mobil itu tidak bodoh. Mereka mencegat laju motor Nanggala saat Nanggala sampai di persimpangan jalan protokol lainnya.
"Anjing! " Umpat Nanggala saat melihat mobil itu menutupi jalannya. Nanggala segera memutar haluan motornya. Menyusuri jalan tikus. Jantungnya berpacu dan berdetak kencang. Nanggala terus menarik tuas gasnya hingga memastikan jika mobil jeep itu tidak lagi mengikutinya.
Nafasnya memburu saat pada akhirnya ia sampai di sebuah perumahan Cluster Cempaka Putih yang ada di pinggiran Jakarta. Nanggala menghentikan motornya di sebuah rumah bergaya minimalis modern. Gadis yang ada di boncengannya itu akhirnya turun dan mengekori Nanggala di belakang.
"Urusan gue sama lo belum kelar! " Ucap Nanggala kesal seraya memencet kode pintu masuk rumah tersebut. Gadis itu masuk dan melihat rumah yang begitu tertata rapi dan juga bersih itu. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah. Rumah yang lumayan besar dan juga nyaman itu nampak mencuri perhatiannya.
"Ini rumah siapa? " tanya gadis itu .
"Gue." Jawab Nanggala usai meneguk satu botol air mineral dingin dari dalam lemari pendingin. Ia mengambil satu botol minuman dingin dan melemparkannya pada gadis tadi.
"Lo udah nikah?"
Nanggala mengernyit seraya melepaskan jaket kulit dan meletakkan tas ranselnya diatas meja.
"Emang cowok kalau punya rumah musti nikah dulu? " tanya Nanggala ketus. Cewek itu meneguk minuman dingin nya seraya menggedik kan bahunya.
"Rumah lo nyaman. " ucap cewek itu seraya tersenyum. Nanggala yang kini duduk di sofa ruang tamu terus memperhatikan cewek itu dengan seksama dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Lo belum jawab, lo siapa? Terus kenapa mereka main nembakin orang seenak jidat?" tanya Nanggala dengan nada datar dan tatapan tajam menghujam netra cewek itu.
"Gu-- gue juga nggak tahu mereka siapa. Mereka cuma pengen nangkep gue aja."
"Dan atas alasan apa mereka pengen nangkep lo? " kali ini Nanggala sudah bersedekap di tempatnya dengan dagu mendongak congkak. Cewek itu diam. Merasa tidak nyaman karena urusannya diusik. Tapi salahnya juga tadi tiba-tiba saja membonceng di belakang motor Nanggala. Karena bingung hendak menjawab apa, gadis itu hanya menggelengkan kepala.
"Yakin lo nggak tahu? " Cewek itu menggeleng lagi. Nanggala terdiam sejenak sebelum akhirnya menghembuskan nafas kasar. Ia sedikit mengacak kepalanya frustasi.
"Gue bisa anter lo kemana sekarang? Ayo gue anter pulang. Mereka nggak bakal ngejar lo sampai sini. " ucap Nanggala saat akan beranjak dari tempat duduknya.
"Gue nggak punya rumah. Gue sendirian. Kemarin gue ikut tante gue, tapi belakangan gue tau kalau tante gue itu ngejual gue ke germo. "
Nanggala kembali diam. Menatap dengan seksama gadis dihadapannya.
"Please ijinin gue ikut lo. " lanjut gadis itu Nanggala segera saja menggelengkan kepalanya.
"Nggak ada lo ya pake acara tinggal disini. Gue nggak buka penampungan orang terlantar. Kalau lo nggak bisa sebutin dimana lo tinggal sekarang mending lo ke kantor polisi --"
"Please gue nggak mau! Gue bukan penjahat! " pinta cewek itu seraya menampilkan wajah memelas nyaris menangis ditempatnya. Nanggala kembali mengacak rambutnya frustasi.
"Gue nggak mau lo di sini! "
"Please, biarin gue ikut lo disini. Gue bisa bersih bersih, masak, nyuci, ngurus rumah, dan lo nggak usah bayar gue. Yang penting gue aman disini. Tolong. " ucap gadis itu. Nanggala menatap gadis itu dengan sebelah matanya. Baru akan menjawab, ponsel Nanggala berbunyi membuatnya cepat cepat mengangkat panggilan tersebut.
Nanggala menatap sengit ke arah cewek itu dan akhirnya menghela nafas panjang.
"Gue dicari sama senior gue. Lo tunggu disini. Jangan coba coba kabur karena urusan kita belum kelar. Paham? " Ucap Nanggala. Cewek itu mengangguk pasti seraya menatap ke arah Nanggala.
"Lo lama perginya? " tanya Cewek itu dengan wajah memelas. Nanggala menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya berlalu pergi setelah mengunci pintu rumahnya rapat rapat.
Matahari mulai meninggi dan disaat itulah Nanggala kini berhenti didepan rumah kediamannya. Netranya tiba-tiba membulat saat melihat sebuah motor sport terparkir tepat di halaman rumah. Cepat cepat Nanggala turun dari motor sport nya dan berlari masuk ke dalam rumah. Nafasnya tercekat dengan netra yang membulat. Gadis itu sedang mengobrol asyik dengan seseorang.
"Yud? "
Cowok dengan jaket denim itu menoleh menatap kedatangan Nanggala yang seolah membeku ditempatnya. Sementara cewek itu terkejut saat melihat dua orang laki-laki yang memiliki wajah yang sama persis.
"Gue bisa jelasin. " ucap Nanggala dengan wajah datar. Yudhistira segera beranjak dari tempat duduknya dan menatap Nanggala penuh tanya. Ia lalu menunjuk ke arah cewek yang kini berdiri dibalik meja dapur itu.
"Siapa tu cewek despacito? " tanya Yudhistira seraya menggedikkan dagunya.
"Sumpah gue nggak tahu. "
"Lo orang DJBC tapi nyelundupin cewek ke rumah lo ya.. Gue laporin mama nih! "
"Eee jangan lapor.. Please jangan lapor!
Yudhistira berhenti menatap ponsel ditangannya dan kini beralih menatap Nanggala di hadapannya.
" Jelasin tu cewek siapa? "
"Gue nggak tahu!"
"Kalau lo nggak tahu kenape dia bisa ada di dalem rumah, Nyet ?! Waah paraaah lo!" ucap Yudhistira tidak percaya.
"Makanya ini gue mau kasih prolog ke lo malah lo ngegas terus. "
"Buruan! "
"Gue nggak tahu namanya. "
"Nama gue Violet, " Jawab cewek itu pelan. Membuat Nanggala dan Yudhistira menoleh bersamaan.
"Gue emang belum sempet sebutin nama gue ke dia tadi karena dia keburu pergi. Gue -- tadi sempet dikejar kejar orang dan karena panik gue naik motor dia. Dan itulah kenapa gue ada dirumah ini sekarang. " lanjut Violet. Yudhistira dan Nanggala kompak menatap Violet.
Yudhistira menatap tajam ke arah Violet, instingnya mulai memindai ekspresi hingga gelagat terkecil dari Violet yang mencuri perhatiannya.
"Kenapa mereka ngejar lo? " Tanya Yudhistira kemudian.
"Karena gue lari dari bos mereka yang beli gue dengan harga tinggi. " jawab Violet. Nanggala dan Yudhistira kembali saling tatap.
"Jadi please, jangan bawa gue ke kantor polisi. Gue mau kok kerja disini. Gratis deh kalian nggak perlu bayar. Yang penting gue dapat tempat tinggal dan makan. "ucap Violet.
" Orang tua lo? "
"Udah meninggal waktu gue masih kecil."
Nanggala dan Yudhistira kembali saling menatap. Kedua manusia kembar itu saling berbisik dengan sesekali netra mereka menatap ke arah Violet.
"Gimana nih? " tanya Yudhistira membuka diskusi.
"Gue bingung, Nyet! "
"Kalau Mama sidak, bisa berabe nemu cewek beginian dirumah kita, Nyet. " ucap Yudhistira dengan nada sedikit frustasi. Terbayang dalam angannya wajah Btari yang pasti langsung mengeluarkan taring dan tanduk seketika jika mengetahui adanya Violet dirumah mereka.
"Tapi kalau lo taruh di pinggir jalan lebih berabe lagi, Nyet! "ucap Nanggala.
"Tapi kita bakalan di introgasi habis sama Bang Sam. Pasti bilang mana ada pembantu bentuknya seksi bahenol macam gitar Spanyol begitu. Lo kenapa bikin ribet diri sendiri sih pakai bawa cewek despacito kesini ngapain juga ih! "
kesal Yudhistira. Nanggala menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu sambil memberikan cengiran kudanya pada Yudhistira.
"Ya udah sementara lo boleh tinggal disini tapi nanti kalau ---" Belum juga Yudhistira menyelesaikan kalimatnya sepasang anak dengan seragam putih merah berlari seraya meneriakkan nama mereka.
"Om Gala!"
"Om Yudhis! "
Nanggala dan Yudhistira kembali saling tatap saat melihat Chandra dan Kirana anak dari kakak mereka Samudera sudah ada di dalam rumah itu. Mereka saling menatap horor satu dengan yang lainnya, jika ada sikembar Chandra dan Kirana sudah pasti akan ada..
"Nyet! Gue nitip anak a..." Samudera menghentikan langkahnya seiring dengan ucapannya yang turut berhenti saat melihat Violet tersenyum dan mengangguk ke arahnya.
Mampus! Bak mandi menanti!