"Kamu yakin, Dit?"
Setelah kejadian kemarin, Dhea dan Adit menyisihkan waktu sejenak siang ini sebelun jam kuliah berikutnya. Dhea awalnyamasih tak percaya jika Adit benar-benar berniat menikahinya. Pernikahantentu bukan sebuah hal yang mudah dan gampang, bukan sekadar untuk tinggal bersama dengan pasangan dan berahir bahagia,bukan?
"Aku serius, Sayang. Lagipula, aku gak mau jika kamu nanti didekati orang lain dan justru membuat kesempatan aku untuk selamanya hidup bersama kamu akan semakin kecil, bahkan hilang." Binar mata Adit memang sama sekali tak bercanda.
"Aku rasa terlalu cepat bagi kita untuk membahas tentang masalah itu, Dit. Jika memang kejadian sebelumnya itu aku hanya salah paham, aku menerima kesalahanku. Tak usah sampai begini."
"Kamu masih enggak yakin sama aku, 'kan?"
Dhea menggeleng, dia berinisiatif untuk meraih tangan Adit dan menggenggamnya, senyum yang Dhea pancaran justru membuat Adit semakin jatuh cinta. "Aku percaya sama kamu."
