Chereads / Terpaksa Menikahi Sang Residivis / Chapter 2 - Titik Balik Drama Kehidupan

Chapter 2 - Titik Balik Drama Kehidupan

Terpaksa Menikahi Sang Residivis

Part 2. Titik Balik Drama Kehidupan

By. Erin Marta Lina

Berita bahwa Zulfa mengalami koma di rumah sakit, akhirnya sampai juga di telinga kerabat dan tetangga. Beberapa bertanya pada Kaylia yang memang satu-satunya anggota keluarga di rumah. Namun, ia sendiri tak tahu kabar alasan Zulfa koma. Ia hanya menjawab nanti menunggu kabar dari bapak dan ibu.

Akhirnya setelah dibantu beberapa kerabat untuk membereskan tenda dan meja yang rencananya untuk jamuan para tamu pengantin. Zulfa berencana mengunjungi Pak Markadi untuk menanyakan perkembangan dan kelanjutan perawatan Zulfa. Ingin sekali ia menyusul ke rumah sakit, tapi mengingat di rumah sedang sibuk membereskan sisa hajatan yang batal, jadi ia putuskan menunggu saja sambil beberes.

"Denger gak sih, kalau si Zulfa itu dibuat bayar hutang sama Pak Markadi dan Bu Masita. Nah, Zulfa itu sebenernya udah punya pacar. Dia kagak mau dipaksa nikah sama si Salim mantan narapidana itu. Makanya dia sampai bunuh diri" ucap seorang ibu-ibu bergamis hijau toska sambil melipat taplak meja. Di dekatnya ada beberapa ibu-ibu yang menyimak dengan seksama.

"Ih masak gitu sih? Bukannya Zulfa itu udah hamil duluan? Makanya dia gak mau tuh nikah sama si Salim" sahut ibu dia sebelahnya yang memakai jilbab instan berenda.

"Hah hamil duluan? Masak calon sarjana kedokteran kelakuannya kayak begitu" sahut ibu bergamis toska.

"Nah, bapaknya aja kelihatannya soleh tapi makan dari hutang rentenir pula. Gak bener itu" sahut ibu-ibu ketiga tanpa jilbab dengan rambut bergelombang.

"Bu ibu ... Jangan menyebarkan sesuatu yang kiranya kita sendiri belum tahu kebenarannya. Jatuhnya jadi suudzon, ghibah. Dosa loh, udah berumur tuh ngumpulin pahala, nah ini ngumpulin dosa" sela ibu berjilbab ungu sambil menunjuk-nunjuk ketiga ibu-ibu yang sedang bergosip.

"Eh, Bik Romlah ini kudet ya alias kurang apdet. Berita Zulfa itu bener kali. Emang dia itu dijadikan alat bayar hutang oleh bapaknya sendiri. Kita tahu sendiri kan calon besannya. Juragan Maskur. Sang rentenir yang beeeeeeh... Gak kira-kira kalau ngasih bunga. Seeeereeeem" sahut ibu berjilbab renda.

"Ya meksipun itu beritanya benar atau apalah. Setidaknya, kita belum tahu alasan pastinya. Lebih baik kita diam saja" Jawab wanita bernama Bik Romlah itu.

Ucapan wanita bernama Bik Romlah membuat ketiga ibu-ibj yang asyik bergosip bersungut-sungut sambil melirik sinis kepada Bik Romlah.

****

Di rumah sakit

"Baiklah, kami tunggu solusinya dua minggu ke depan. Mengingat Pak Markadi baru saja mengalami musibah dengan sakit dan koma nya Zulfa." Ucap Juragan Maskur sebelum ia dan Salim anaknya pamit setelah berbaik hati mengantar Zulfa ke rumah sakit.

Pak Markadi hanya diam saja mendengar penuturan Juragan Maskur. Hutang seratus juta dan kini menjadi tiga ratus juta. Ia relakan sang anak untuk menikah dengan anak rentenir tambun itu. Namun nahas, sifat dia dan penurut Zulfa berujung petaka.

Andai waktu bisa diputar. Tak usah ia indahkan permintaan Zulfa untuk mengambil kuliah jurusan kedokteran. Tak mungkin ia sampai berhutang pada rentenir itu. Namun, Zulfa si putri sulung yang keras kepala itu memang susah dialihkan jika sudah punya keinginan. Mau tak mau Pak Markadi mengusahakan mencari pinjaman uang. Tak ada sanak saudara di tempat tinggal yang baru yang bisa ia pinjam uangnya. Hingga ia berakhir pasrah berhutang pada Juragan Maskur. Rentenir dengan bunga selangit.

Uang seratus juta yang sedianya untuk praktik semester sang putri.

Sebenarnya tak ada sedikitpun terbersit ide untuk menikahkan Zulfa dengan Salim anak rentenir itu. Namun, Juragan Maskur mengancam bahwa rumah tinggal mereka akan disita. Belum lagi kuliah Zulfa masih kurang satu tahun berjalan. Kaylia putri keduanya sebentar lagi lulus SMA juga tentu membutuhkan biaya jika ingin melanjutkan pendidikan. Penat betul pikiran Pak Markadi. Juragan Maskur menjanjikan akan membiayai kuliah sang putri sampai lulus. Asal mau menikah dengan putra semata wayangnya -Salim- pemuda tinggi dengan postur tubuh sempurna itu sekilas memiliki tampilan paripurna. Namun, track record kehidupannya di usia hampir kepala tiga sungguh membuat siapapun tercengang. Sepuluh kali terlibat kasus narkoba, tujuh kali kasus penganiayaan, dan terkahir percobaan pembunuhan. Siapapun yang mendengar nama Salim, pasti akan begidik ngeri.

*Flashback keluarga Juragan Maskur*

Entah berapa ratus hingga miliaran rupiah ia gelontorkan demi membebaskan sang putra tunggal yang keluar masuk penjara. Berbagai cara ia tempuh demi sang anak agar lekas kembali ke jalan yang benar. Mulai dari psikiater, dukun, orang pintar, semua ia datangi demi meluruskan pikiran sang putra yang ia anggap sudah keblinger.

Akhirnya, ia bertemu seorang wanita tua di sebuah kebun sitaan salah satu orang yang tak bisa membayar hutang berbunganya. Wanita tua dengan rambut putih bersih, mengenakan kebaya tua coklat dan jarik yang terlihat sangat rapi itu seakan bisa mengerti isi hati Juragan Maskur.

"Pikiran kalutmu ini, tak akan pernah sirna jika kau masih saja memakan dan memberi makan anak istrimu dari harga haram" ucap nenek tua berambut putih itu tiba-tiba.

Juragan Maskur yang sedang memandang luas kebun hasil sitaannya mau tak mau menoleh pada si nenek tua.

"Maksud nenek apa?" Tanya Juragan Maskur.

"Berhentilah menjadi lintah darat. Nikahkan anakmu dengan keturunan baik-baik, sepasang suami istri nan solih solihah, keluarga yang paham agama, dan mampu membimbing putramu lebih baik" ucap si nenek tua seakan tahu kegalauan dalam batinnya.

"Aku tak mungkin berhenti dari pekerjaan ini. Dengan cara inilah aku bisa kaya raya. Semua merasa membutuhkan diriku. Melalui jalan rentenir inilah aku bisa bangkit dari kemiskinan" jawab Juragan Maskur pasti. Ia tak ingin kejadian dua puluh tahun silam terulang lagi. Saat ia hanya orang miskin dan ditendang kesana kemari mencari hutangan demi menyambung nyawa anak istri.

"Kau pasti bisa. Jika susah memulainya, setidaknya lakukan yang kedua" lanjut si nenek tua.

"Maksudmu? Menikahkan anakku dengan keturunan solih solihah?" Tanya Juragan Maskur, dijawab dengan anggukan kepala oleh si nenek tua.

"Mana mungkin? Salim anakku sudah kebas hatinya untuk itu. Dia sendiri sudah memutuskan untuk tidak menikah" jawab Juragan Maskur. Ia pernah mendengar isi pikiran Salim bahwa ia tak ingin menikah. Menikah adalah hal merepotkan untuknya. Juragan Maskur tak memberi respon apapun kala itu, ia hanya berpikir bahwa keputusan yang diambil Salim tentunya sudah ia pertimbangkan sebelumnya.

Juragan Maskur menoleh kepada sang nenek, tapi tak ada satupun orang di sampingnya. Aneh sekali.

Berminggu-minggu setelah pertemuan dengan si nenek tua. Ia sampai hampir lupa. Namun, ucapan sang istri yang kala itu sedang terbaring sakit karena gagal ginjal, menggugah hati si rentenir tambun itu.

"Pak, sebelum tiba ajal menjemput ibu, ibu punya satu permintaan padamu" ucap Bu Winda dengan lemah. Gagal ginjal akut yang ia derita mengharuskan ia berkali kali harus melakukan transfusi, kini badan ringkih itu kian kurus menghitam karena kelebihan zat besi dalam tubuhnya.

"Apa yang ibu bicarakan. Ibu akan sembuh. Jangan berpikir dangkal" ucap Juragan Maskur kepada sang istri.

"Pak, penyakit ini tak ada obatnya. Kita tak bisa menafikkan itu. Ajal pasti akan datang, entah karena sakit ini ataupun hal lain, ibu pasti akan tiada." Ucap si wanita yang telah melahirkan satu-satunya putra untuknya.

"Apa yang ingin ibu minta?" Tanya Juragan Maskur lemah. Meski dengan para penghutang ia keram berlaku kejam dan bersikap kasar, tapi sangat jauh berbeda kala sudah menghadapi sang belahan hatinya.

"Ibu ingin Salim menikah pak, ibu ingin punya cucu" ucapnya pelan dan serak sampai hampir tak terdengar. Perlahan air mata itu mengalir pada pipi cekung sang istri.

"Tapi Bu... Salim sendiri sudah tak ingin menikah. Ia hanya ingin menikmati hidupnya tanpa repot dengan keluarga" ucap Juragan Maskur mengingat ucapan anak beberapa bulan setelah bebas karena kasus percobaan pembunuhan di pasar Kalibening.

"Bapak rayu dia, lembutkan hatinya. Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, tak elok jika Salim malah berucap demikian" rintih snag istri.

"Jika nanti ia pulang, suruh ia menemui ibu pak" pintanya lagi.

"Tapi Bu..." Belum sempat ia melanjutkan ucapannya, sang istri sudah memejamkan matanya. Berpura-pura tidur tak ingin lagi berbicara. Juragan Maskur hapal betul sifat sang istri.