Jesika tersenyum licik, ia kemudian melepaskan tangannya dari tubuh pacar barunya. Jesika kemudian mendekati Neron dengan tatapan yang sangat mengancam. Seolah-olah tatapan Jesika memperhatikan Kalau Neron itu di hina. Neron dan pacar barunya kalah tanding dari segi kekayaan.
"Kebetulan kamu ada disini" Ucap Jesika sambil tersenyum licik.
Saat ini perasaan Neron benar-benar tidak bisa di ungkapkan. Ia bahkan tidak sadar kalau kakinya menginjak bumi. Rasa cemburu menyelimuti dirinya, wajahnya memerah seperti api yang sedang menyala. Pandangnya menjadi gelap melebihi kegelapan ditengah malam. Neron berpikir kalau semua yang dilihatnya ini adalah mimpi.
Neron menatap Jesika dengan tatapan yang penuh makna. Andai kata-kata bisa di ungkapkan saat ini, mungkin Neron sudah mengeluarkan semua yang ia rasakan. Tapi mulut Neron seperti di kunci rapat-rapat, ia bahkan bingung sama dirinya sendiri. Apakah ia harus marah atau tidak? Yang jelas Neron sudah kecewa sama Jesika.
Ia kemudian mengangkat telapak tangannya. Ia tersenyum bahagia tetapi didalamnya menyimpan seribu luka, senyuman yang di diperlihatkan oleh Neron kepada Jesika merupakan senyuman terakhir yang tidak akan pernah ia lakukan lagi.
"Kamu tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi sama saya, karena saya sudah mengerti. Oh ya selamat semoga kalian berdua bahagia. Maaf jika kehadiranku membuat kamu tidak nyaman, Permisi" Ucap Neron dengan Santai. Setelah itu ia membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya dengan sangat pelan.
Neron merasa dirinya sedang ada beban yang begitu berat, ia juga merasa kakinya seperti di rantai. Napasnya seketika tidak bisa keluar, ia mendongak menahan air matanya.
Jesika heran melihat sikap Neron, Kenapa dia tidak marah? Kenapa Neron tidak terlihat cemburu? Pikiran Jesika menjadi kacau.
Pacar barunya menyentuh tangannya "Sayang ayok kita masuk".
Jesika tersenyum pahit melihat tangan pacar barunya "Oh ya sayang, mari kita masuk"
Mereka berdua kemudian masuk ke dalam rumahnya. Tetapi Jesika masih tidak percaya dengan sikap Neron, ia menoleh melihat langkah Neron yang masih berjalan dengan santai.
"Apakah dia benar-benar tidak mencintai diriku lagi? Tapi jika itu semua benar, itu artinya aku bisa bebas. Tapi kenapa aku tidak menerima sikap Neron yang tadi?" Batin Jesika.
Kamar tamu.
"Sayang kenapa kamu melamun? Apakah kamu memikirkan laki-laki yang tadi? Bukankah kamu sudah berjanji sama saya untuk tidak pernah mengingat dia lagi?" Pacar baru Jesika yang bernama Mex bertanya panjang kali lebar.
"Tidak!! Saya justru sangat bahagia sekali, karena saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang hubungan kita. Buktinya dia menyadari sendiri hal itu" Jawab Jesika.
"Baguslah kalau begitu, oh ya Mami sama Papi kamu kemana? Kenapa di rumah sepi sekali?" Yahya Mex sambil melihat ke semua ruangan dengan mata terbuka lebar.
"Kami sama papi sedang keluar"
"Pantas saja!! Tapi bagus juga sih, karena kita bisa berduaan di rumah kamu"
Jesika menaikkan bibir atasnya, ia kemudian mencubit pinggang Mex "Rasain ini! Jangan sampai kamu mengambil kesempatan dalam kesempitan"
"Awwwww ... Geli sayang"
Mereka berdua saling cubit, tanpa di sadari tubuh Jesika terlempar disofa. Ia berada di bawah tubuh Mex. Napas Jesika terdengar sangat dahsyat, ia melihat Jakun Mex yang terlihat sangat tajam.
Jesika menatapnya sambil menelan ludahnya sendiri. Mex mendekati Jesika dengan pelan, ia mulai merayu Jesika dengan menyentuh bagian sensitif seperti rambut. Mex mencium rambut Jesika dengan penuh napsu.
"Mex kamu mau ngapain?" Jesika sudah mulai takut.
"Tenang sayang, aku akan memberikan kamu kebahgaiaan" Bisik Mex di telinga Jesika dengan lembut.
Mex Mulai melakukan aksinya, ia melihat bagian anggota tubuh Jesika terutama bagian dadanya. Mex terlihat napsu, ia sudah tidak bisa menahan dirinya.
Sedangkan Jesika ingin segera kabur "Mex aku mohon kamu jangan lakukan itu" Ucap Jesika.
"Kamu tenang saja sayang, aku akan melakukannya dengan penuh cinta" Ucap Mex sambil meraba-raba bagian tubuh Jesika.
Ia mencium kening Jesika, turun ke bagian dagu. Mex melihat bibi Jesika merah merona, dengan lahap Mex langsung melumatnya.
Jesika tidak bisa menolak, ia sudah berada di titik kenikmatan. Ia juga membalas ciuman Mex dengan penuh mesra.
Mereka berdua sudah di landa mabuk asmara, Mex dan Jesika sudah tidak bisa menahan dirinya. Jesika tersadar, kalau dia dan Mex melakukan di ruang tamu takutnya nanti ada yang melihat.
Jesika menaruh jari telunjuknya di tenang bibir Mex, ia mengajak Mex pergi ke kamarnya. Siapa yang akan menolak ajakan dari seorang perempuan. Mex sangat senang mendapatkan sesuatu yang hangat dengan gratis.
Jesika terlalu polos, ia terlalu percaya sama Mex. Mereka berdua akhirnya pergi ke kamar dan melakukan semuanya di sana. Mereka berdua sama-sama menikmatinya. Bahkan Mex berulang kali membuat Jesika merintih karena kenikmatan yang dahsyat.
Beberapa menit kemudian, Mex dan Jesika terbaring lemah karena sudah banyak mengeluarkan cairan. Mex tidur dengan badan terlentang tanpa busana.
Tubuh mereka berdua hanya di tutupi oleh selimut berwarna putih transparan. Jesika memeluk Mex sambil mencium dada Mex.
"Aku mencintaimu Mex" Bisik Jesika.
"Sama sayang" Balas Mex sambil tersenyum licik.
"Apakah kamu senang?" Tanya Jesika.
"Sangat senang sekali sayang, kamu benar-benar pacar yang paling sempurna. Karena kamu selalu mengerti apa yang aku inginkan" Jawab Mex sambil mengelus rambut Jesika.
"Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan Mex, asalkan kamu jangan pernah meninggalkan aku"
"Hanya laki-laki bodoh meninggalkan gadis secantik kamu. Aku sudah terlanjur mencintai kamu Jesika"
Wajah Jesika berseri-seri mendengar gombalan maut dari Mex. Tiba-tiba mereka berdua mendengar suara mobil dari dalam.
Jesika terkejut, ia langsung bangun "Sepertinya itu Mami sama Papi" Ucap Jesika.
Mex juga sangat ketakutan "Bagaimana ini? Cepat kamu pasang baju kamu" Ucap Mex.
Dengan segera Jesika langsung mengambil pakaiannya, ia memakai semuanya didepan Mex. Mereka berdua sama sekali sudah tidak ada rasa malu.
Jesika dan Mex merapikan rambut mereka yang berantakan. Mereka juga membersihkan wajah mereka menggunakan tisu, terlihat jelas keringat panas dingin masih membasahi tubuh mereka berdua.
Setelah merasa aman, Jesika dan Mex keluar. Mereka duduk seperti biasa di ruang tamu, seolah-olah mereka seperti wanita dan laki-laki yang sangat polos. Mereka berdua berpura-pura bermain game, seperti anak remaja pada umumnya.
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, seolah-olah kebahagiaan mereka ada pada game tersebut.
"Sayang apakah Mami sama Papi kamu tidak akan curiga?" Tanya Mex, jantung Mex masih berdebar dengan kencang.
"Tidak sayang, kamu tenang Saja. Pokoknya kita harus terlihat rilex didepan mereka. Seolah-olah tidak terjadi sesuatu"
"Ya tapi aku masih deg-degan"
"Sama Mex, aku juga merasakan hal yang sama. Sebaiknya kamu tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan pelan-pelan".