"Satu lagi, anak kita ini perempuan."
Perempuan.
Mata Sean kembali memejam, dia merasakan hatinya sangat berdesir. Sejujurnya dia memang sangat sedih, benar-benar mengutuk hidup yang berubah hanya seperkian detik. Harusnya bukan di sini mereka mengadakan party, bukan di rumah sakit.
Bertahun-tahun Sean hidup, baru ini dia menitihkan air mata hanya karena seorang wanita. Dan siapa sangka wanita yang berhasil meluluh lantahkan hatinya adalah Reva. Belum sebulan menjabat jadi suami, tetapi Sean sudah merepotkan.
"Kamu kenapa sih? Perut kamu sakit? Kenapa kamu nangis? Aku ada salah? Aku salah apa sama kamu? Apa kamu ga suka anak kita perempuan? Gapapa, nanti kita buat adiknya laki-laki." Reva tersenyum lebar sambil menyeka air matanya. Melihat tetesan air mata Sean tentu saja membuat hati Reva bergemuruh. Karena selama ini Reva tidak pernah melihat Sean menangis.
