Beberapa jam telah berlalu, walaupun begitu, suasana mencekam masih sangat terasa di rumah sepi ini. Berjam-jam Reva terduduk sambil menangis, tidak ada satupun orang yang datang menghampiri, bahkan Sean.
Reva tertawa getir. Ternyata dugaan Reva selama ini benar, pada akhirnya semua orang akan pergi, dan Reva hanya seorang diri menghadapi semua masalah super berat ini. Kepala Reva sangat sakit, tubuhnya lemas tidak karuan. Lagi-lagi, Tuhan menghancurkan kebahagiaan yang baru saja Reva rasakan sejak kemarin.
Lelah. Reva semakin lelah hari ini. Dia sudah habis akal, langkahnya buntu, di depan hanya ada jurang kematian. Apakah sudah saatnya Reva menyerah? Apa ini saatnya Reva menyusul anak serta Ayahnya di surga sana? Ibunya sudah sangat kecewa, pasti dia malu mempunyai anak yang kotor seperti Reva. Tapi semuanya sudah terlambat, semua sudah terjadi, tidak akan ada yang bisa merubahnya.