Deretan makanan favorite Reva sudah terpampang nyata di depan matanya. Sejak kemarin nafsu makannya hilang, tidak ada semangat gairah. Akan tetapi, kali ini tubuh Reva benar-benar butuh asupan. Sejak pagi tubuhnya sudah diajak olahraga tanpa henti, semua sisa tenaganya terkuras.
Padahal kalau diingat-ingat, selain tidak nafsu, Reva juga mempunyai misi mogok makan agar tubuhbya tumbang lalu mati dengan damai. Reva jadi ragu, apa dia harus makan ini semua? Atau lanjutun misinya sampai tuntas? Reva kembali cemberut, dia menelungkapkan wajahnya di atas meja.
Lagi-lagi Reva balik kehabitat. Galau, merenung, tidak punya tujuan hidup. Ini menyebalkan, dan Reva sangat benci.
Sean yang baru saja ke luar dari kamar menatap Reva dengan wajah datar. Apa lagi dramanya kali ini? Rasanya Sean malas mendengar ocehan perihal rumah, apa lebih baik Sean masuk kamar? Tetapi dia tidak tega melihatnya. Setelah memantapkan hati, Sean berjalan ke arah Reva lalu memeluknya dari belakang.