Tiga jam sudah berlalu. Sekecil apapun tanda atau perubahan sama sekali tidak Reva rasakan. Wanita itu hampir frustasi, tetapi tidak sampai meminum racun. Alih-alih minum racun, Reva justru sudah menghabiskan dua bungkus ciki berukurang besar, dan kini masuk ciki ketiga.
Walaupun lidah dan bibirnya sudah perih, tetap saja hasratnya menginginkan. Seharusnya sih makan nasi demi membunuh rasa lapar, namun baru mencium aromanya saja sudah membuat mual. Reva bergidik ketika mengigat kejadian tadi.
"Ini kenapa biasa aja ya? Padahal udah enek makan nanas, bahkan jusnya juga. Kok dia ga berontak? Kok ga ada rasa sakit? Kok malah laper?" guman Reva sembari memepuk-nepuk perut ratanya.
Ini sangat aneh, benar-benar aneh. Apa nanas itu punya kandungan penambah nafsu makan?
"Gue rasa dia doyan sama nanas. Apa sekarang lagi ngerujak di dalam perut?"