Menatap pria di depan yang sedang membuka dasi serta jas, membuat tenggorokan Reva tercekak. Demi apa pria itu Sean? Dia menjemput? Mengajaknya pergi? Beberapa kali Reva mencubit lengan dan pipi, dan itu terasa sakit.
Beres membuka jas serta kancing kemeja bagian atas, Sean membalikan tubuhnya ke arah belakang. Kening Sean mengerut menatap Reva yang cengo tanpa sebab. Jadi, yang kurang waras di sini siapa?
Sean mundur, dia mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Tangan kekar Sean terulur menyentuh kening Reva. "Engga panas, yang ada dingin. Kamu kenapa, Re? Kesambet atau mau kesurupan? Jangan kesurupan di sini, saya ga punya kenalan dukun."
"Kamu itu jahat."
Tidak ada angin apa lagi hujan, kenapa tiba-tiba dikatain jahat? Sean kembali mendekat. "Memangnya saya apain kamu?"