Kesalah pahaman yang sempat terjadi, lalu bentakan Sean, membuat perjalanan keduanya dilanda keheningan. Reva yang tidak tahu mau berkata apa hanya bisa diam sambil memainkam jari-jarinya.
Perihal telepon Jihan, sungguh Reva tidak punya maksud apa-apa. Sekalipun tadi dia mengangkat, Reva tidak akan mengeluarkan suara. Akan tetapi, respon Sean sangat berbeda, dia justru marah. Tapi ya sudah, semuanya sudah lewat tidak bisa diulang.
Berbeda dengan Reva yang sibuk memainkan jari-jarinya, sedangkan Sean masih sibuk dengan ponselnya. Sejak tadi banyak sekali notif yang masuk. Walaupun banyak dari Jihan, tetapi jari-jari Sean lebih tertarik membuka deretan pesan dari Fian. Agenda untuk besok lumayan banyak, dan malam ini Sean harus merapihkan.
Andai saja Fian ikut, mungkin dirinya tidak sepusing ini. Akan tetapi, mana mungkin membawa Fian di saat dia mengajak Reva.
Tunggu dulu.
Reva.
Astaga
Sean baru ingat di sampingnya ada Reva!
