Reva merangkak merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dengan hati yang sangat gusar. Boleh saja dia bersikap manis lalu tertawa dengan obrolannya Sean, tetapi kalau sudah sendiri seperti ini, tentu saja Reva bebas mengekspresikan dirinya.
Sedih, ingin marah, namun tidak punya kuasa. Padahal Reva sudah membayangkan kalau malan ini dia akan menghabiskan banyak waktu bersama Sean. Mungkin, sekedar nonton filme sudah cukup membuatnya senang. Tetapi kali ini Tuhan kembali menutup kebahagiaannya, karena memulangkan Sean kepada Jihan.
Bersamaan dengan miringnya tubuh Reva, air matanya mulai menetes. Dari semua rasa yang berkecamuk, sepertinya Reva sangat kesal dengan dirinya dendiri.
Kenapa harus memakai perasaan? Kenapa harus cinta dengan milik orang lain?
Tok..tok..tok.
Mendengar suara ketukan pintu dari luar membuat Reva buru-buru menyeka air matanya.
"Nak, kamu udah tidur belum? Ibu boleh masuk?"
