Jika biasanya Reva sangat bersemangat karena memasuki jam makan siang, ternyata hari ini berbeda. Sebetulnya tadi sangat lapar karena habis bergelut dengan Sean, tetapi tiba-tiba saja napsu makannya hilang entah ke mana. Baik Fian ataupun Nisa sudah mengajak, tetap saja Reva sangat enggan.
Alhasil, di dalam ruangan ini Reva hanya seorang diri. Kenapa ya moodnya mudah sekali berantakan? Rasanya Reva ingin terun bebas dari atas jurang.
Masih dengan rasa malasnya Reva merogoh tas yang berada di panguan. Dia mengeluarkan kunci apartemen, kunci mobil, serta dua kartu ATM pemberian Sean.
"Gila ya itu orang, sultannya ga main-main. Gue ga minta, tiba-tiba dikasih dengan enteng."
Sebetulnya Reva tidak enak, dia menganggap ini terlalu berlebihan. Cukup kemarin Sean membantu biaya rumah sakit ayahnya yang memakan biaya ratusan juta. Semakin banyak Sean memberi fasilitas, tentu saja itu akan dijadikan senjata agar Sean biasa terus meraih dirinya.
Ting!
Ting!