Ketukan pintu terdengar secara perlahan. Seorang wanita dengan keriput halus di wajahnya tengah berdiri di depan pintu bercat cokelat. Tangan wanita itu terulur mengetuk pintu beberapa kali, tetapi seseorang dibalik pintu itu tak kunjung memberi sahutan. Wanita itu mendesah pelan. "Anindita... tolong buka pintunya Nak..." Wanita itu memohon dengan suara lirih, tetapi lagi-lagi hanya hening yang menyapa.
"Anin..." Wanita itu kembali memanggil nama anaknya dengan suara yang semakin lirih. Namun, gadis bernama Anindita itu benar-benar tidak mengeluarkan suara. Wanita itu pun mendekatkan telinga pada pintu, berusaha untuk mendengar sesuatu dari balik pintu, tetapi nihil. Tidak terdapat suara apa pun dari dalam ruangan itu. Wanita itu terpejam untuk sejenak. Berbagai kemungkinan buruk berkeliaran dalam benak.