Riska tertegun ketika matanya melihat sebuah postingan yang diunggah oleh seseorang yang ia kenal, seseorang yang telah berhasil menempati posisi hatinya. Rasa sesak mulai menjalar didalam dadanya.
Ia hanya menatap layar ponselnya tanpa berbuat apa – apa, cukup lama matanya menatap postingan itu. Sebuah foto antara sepasang laki – laki dan perempuan, tidak ada pose yang mesra, namun emotikon love dalam caption sudah menjelaskan segalanya.
Laki – laki itu telah bersama perempuan lain, ketika seminggu yang lalu Riska memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya. Riska tertawa sumbang ketika matanya terasa memanas. Ia tidak ingin menangis—tidak, ia bahkan tidak boleh menangis. Ia tidak boleh menangis karena hal ini, namun sialnya semakin ia menahan diri, air mata itu telah keluar dari pelupuk matanya tanpa ia minta.
"Kana?"
Ia mengirimkan sebuah chat pada sahabatnya itu, ia merasa tidak kuat jika harus menanggung semua sakit ini sendirian.