Adyatma menancap gas. Matanya menatap lurus ke depan. Kedua tangannya memegang erat stir kemudi. Penuturan Astrid kembali berputar dalam benak.
"Istrimu mengatakan bahwa dia dapat membuatmu menyukainya. Kak, itu tidak akan terjadi kan? Kamu tidak akan menyukainya kan?"
Tatapan nanar gadis itu bahkan teringat jelas dalam otaknya. Adyatma semakin melajukan mobilnya. Jalanan kota yang sepi membuatnya dapat membawa kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan penuh.
Mata sipitnya seketika terbelalak. Kaki kirinya langsung menginjak rem, mobil seketika berhenti dan tubuhnya pun terdorong maju ke depan. Adyatma memundurkan kembali tubuhnya secara perlahan. Dia menatap ke depan, matanya melirik ke arah lampu lalu lintas. "Sial!" Adyatma mengumpat seraya memukul stir. Lampu lalu lintas itu bahkan masih hijau ketika dirinya hendak melewati jalan ini, tetapi tiba-tiba saja warna lampu itu berubah menjadi merah.