Sepanjang perjalanan dari stasiun menuju rumah Adyatma, Alana hanya diam seraya menatap ke luar dari balik jendela. Percakapan antara Adyatma dengan supir pribadi keluarganya itu terdengar sangat menyenangkan. Kedua pria itu bahkan sesekali tertawa di sela pembicaraan. Namun, Alana tetap tidak acuh. Alana memilih untuk memiringkan tubuh ke arah jendela dan berniat untuk memejamkan mata. Seluruh tubuh Alana benar-benar lelah dan rasa kantuk pun telah menyerangnya sejak tadi. Alana benar-benar ingin tidur untuk sejenak hingga mereka benar-benar sampai di rumah Adyatma.
Alana baru saja memejamkan mata, tetapi matanya itu kembali terbuka ketika suara berat, tetapi terdengar lembut itu memasuki pendengaran Alana. Sial, batin Alana mengumpat.
"Jadi, apakah Mbak ini merupakan kekasih Mas Adyatma?" seorang pria yang tengah duduk di kursi pengemudi itu bersuara seraya melirik ke arah kaca spion.