"Tidak bisakah aku tidak mendengarnya, Kak?"
"Hah?" Adyatma menatap heran Astrid.
Gadis berambut hitam itu menunduk, membuat beberapa helai rambutnya menutupi wajah. Bulir bening telah jatuh dari pelupuk matanya, bahkan sebelum dirinya mendengar penuturan dari sang kekasih.
"Aku tidak ingin mendengar apa pun darimu Kak untuk saat ini," bisik Astrid parau. Bahunya yang sedikit bergetar membuat Adyatma beranjak dari tempatnya. Ia membawa kursi yang didudukinya untuk diletakkan di samping gadis itu. Pria bermata hitam itu membawa gadisnya ke dalam pelukan. Bahu gadis itu pun semakin bergetar. Pria itu bahkan dapat merasakan sesuatu yang basah pada kaosnya.
"Maafkan aku, Astrid." Suara pria itu terdengar lirih. Mendengar permintaan maaf itu membuat air mata Astrid semakin berjatuhan. Isak tangis itu mulai terdengar dari mulutnya. Rasa sakit itu telah menyapa.
"Apakah... apakah ini harus terjadi pada kita, Kak?" tanya Astrid dengan suara seraknya.