fokus Anindita bukan pada salah satu pria kesayangannya itu. Mata hitam Anindita menatap lurus ponselnya. Dahinya pun berkerut samar. Ponselnya itu menunjukkan banyak sekali pesan belum dibaca. Diambil benda pipih persegi panjang itu. Dibuka semua pemberitahuan pesannya itu.
Terdapat 178 pesan dari grup SMP. Satu pesan dari Kharisma. Dua pesan dari Ardi. Satu pesan dari Alif. Tunggu, Alif? Pandangan Anindita lantas berpusat pada sebuah pesan yang dikirimkan oleh laki-laki bernama Alif itu. Tanpa membuka pesannya pun, isi pesan itu dapat terbaca. Alif menanyakan apakah ia akan datang pada acara pertemuan itu. Kerutan di dahinya semakin dalam. Tumben sekali laki-laki itu bertanya padanya, pikir Anindita heran.
Pesan dari Alif pun tidak langsung dibalas. Anindita memilih untuk membuka pesan dari salah satu sahabatnya, yaitu Ardi.
Ardi : [Anin, kamu akan datang kan ke acara pertemuan itu? Aku udah sengaja mengusulkan acara ini lho.]