Mata hitam Anindita hanya menatap kosong buku pelajaran yang telah dibukanya beberapa menit lalu. Sayup-sayup celotehan beberapa temannya terdengar samar, tetapi telinganya tidak benar-benar mendengarkan. Suara-suara itu hanya masuk melewati telinga kemudian keluar kembali.
Beberapa pertanyaan semakin menggerogoti benaknya. Terlalu banyak kata mengapa berkeliaran dalam kepala. Anindita butuh sebuah penjelasan. Rasa penasaran itu bahkan dapat membunuhnya secara perlahan. Embusan napas pun keluar dari mulutnya. Entah sudah berapa kali ia mengembuskan napas.
Syafira yang masih duduk di samping Anindita, hanya dapat mendesah pelan seraya menurunkan bahunya. Sudah sepuluh menit lamanya gadis berkacamata itu hanya menatap lurus bukunya, tetapi dia tidak benar-benar membacanya. Bahkan melihat tulisannya pun tidak. Kenyataan bahwa kekasihnya telah memblokir kontaknya begitu saja benar-benar menampar Anindita.