Alana menyentuh gagang pintu. Dari belakang pintu kamarnya, sayup-sayup suara riuh terdengar. Seketika pegangannya pada gagang pintu mengendur. Belum keluar kamar saja, Alana sudah dapat membayangkan berapa banyak anggota keluarga Adyatma yang ada di rumah ini. Alana pun mendesah seraya menatap gagang pintu. Tidak bisakah dirinya tetap berada dalam kamar? Sungguh, ia tidak berniat untuk mengakrabkan diri dengan keluarga Adyatma. "Aish!" Alana menggerutu seraya mengerucutkan bibir.
"Apa yang kamu lakukan di situ?"
Alana tersentak. Kepalanya menoleh, terlihat Adyatma tengah berdiri dengan kaos berwarna putih polos dan celana panjang hitamnya.