"Kenapa nomorku diblokir?" Adios menarik tanganku ketika aku baru saja keluar dari kantor.
Terkejut tentu saja, dari mana dia tahu tempat kerjaku? Bukankah sudah serapi mungkin aku menyembunyikan semuanya?
"Kak, aku gak tahu salahku di mana. Tapi aku cukup hancur saat Kak Hera tidak lagi memperdulikanku." Cengkeraman semakin kuat.
"Lepasin, Adios! Sakit!"
"Aku tidak peduli! Kamu harus jawab pertanyaanku dulu!"
"Memang apa hak kamu menyuruhku menjawab pertanyaanmu?" Aku balik menantang.
Memang sejak hari di mana aku tahu tentang kebenaran siapa Adios sebenarnya, aku mulai menarik diri. Lebih tepatnya menghilang dari kehidupan lelaki itu. Perlahan, rasa yang pernah tumbuh untuk Adios aku pupuskan begitu saja tanpa sempat berbunga.
"Kak, kamu marah sama aku? Tapi kenapa?" Lelaki itu terus saja mencekal tanganku dan tidak mau melepaskannya. Aku bahkan sampai kewalahan untuk menenangkannya.
"Gak," jawabku singkat.