"Maaf, tentang kemarin lusa." Adios mengambil berkas yang disodorkan Sindi tanpa melihat ke arah gadis itu.
Ia salah, dan Adios sadar itu. Tapi, ia lelaki normal yang terus saja tergoda oleh wanita lain selain Hera. Bukan tidak mungkin kalau selanjutnya akan ada gadis lain yang masuk ke dalam hidupnya. Satu yang masih sulit untuk ia ubah, hatinya yang mudah berpaling.
"Ah, iya. Saya juga terbawa suasana, Pak Theos." Sindi menunduk, ia membetulkan cardigannya yang kurang rapi. "Tapi, apa Pak Theos sama sekali tidak mengingat seorang gadis yang lima tahun lalu menyediakan tempat berteduh untuk Anda?" Dengan sedikit gemetar Sindi mengatakannya.
Ia pasrah, kalau seandainya Theos akan memecatnya sekarang juga ia siap. Karena memang dirinya sudah tidak tahan lagi memendam perasaannya.
Lelaki muda itu memandang Sindi, ingatannya berkelana saat ia baru diusir dari rumah Kakeknya lima tahun yang lalu. Pengusiran yang entah keberapa yang ia terima.