Daniel baru saja kembali ke hotel, dia baru bisa bersantai saat waktu menunjukkan pukul empat sore. Pria itu menghela napas dan menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang.
Malam ini tidak ada jadwal lembur, dia juga tak harus mengurus dokumen-dokumen menyebalkan yang berserakan di atas meja. Jadi, bisa dipastikan Daniel bisa pulang cepat malam ini, atau justru pergi ke bar dan bermain-main dengan gadis penggoda di negara ini seperti kebiasaanya.
Tiba-tiba saja dia teringat dengan Maria, gadis yang tak sengaja ditabraknya saat itu. Kalau dipikir-pikir, sudah satu tahun mereka tidak bertemu. Takdir memang selucu itu, seandainya mereka tidak bertabrakan di restoran, mungkin sampai saat ini mereka berdua tidak akan pernah bertemu.
"Apa sebaiknya aku menghubunginya saja, ya?"
Daniel merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponsel. Jempolnya berhenti tepat saat layar menunjukkan nomor Maria di sana. Daniel sedikit menimbang-nimbang, dia takut gadis itu akan menolak panggilan darinya.