"Ayok!" seru Cintya penuh semangat.
Gadis itu justru terlihat semakin bersemangat untuk mengikuti kelas memasak.
"Kok malah jadi kamu yang bersemangat, Cin?" tanya Siera sedikit heran.
"Lho, ya kan memang harus begitu, Ra. Kalau nggak semangat, nanti khursus memasaknya juga nggak semangat. Kalau nggak semangat, nanti pas lagi ada kelas kita nggak fokus. Kalau nggak fokus, nanti tangan ke iris pisau gimana? Kan bahaya, Ra. Bisa-bisa dibawa ke IGD kan merepotkan," ucap Cintya dengan mendramatisir keadaan.
"Drama!"
"Hahaha." Cintya tertawa terbahak-bahak.
"Ck. Mana ada hanya kena pisau dibawa ke IGD. Paling-paling dikasih plester merk h*ns*pl*s kelar. Hehehe." gelak Siera, membuat Cintya pun ikut tertawa.
"Sudah! Buruan, kita berangkat nanti keburu tutup tempat khursusnya," ajak Siera, karena gadis itu sudah tak sabar.
"Memang kamu tahu, jam berapa tempat khursus memasak itu tutup?" tanya Cintya terheran, dari mana sang sahabat tahu.