Seira baru saja melangkahkan kakinya keluar dari tempat kerja ketika ponselnya berbunyi. Ia merogoh tas dan menemukan benda berlayar pipih itu dipojokan dalam.
"Halo."
Entah apa yang orang di seberang sana katakan, yang pasti setengah terhuyung dan hampir jatuh, Seira berpegangan pada pintu di sampingnya.
"Oke. Terima kasih, Mang. Saya langsung ke rumah sekarang juga." Seira langsung memasukam ponselnya. Setengah berlari Seira mencari taksi konvesional yang biasa mangkal di depan.
Sepi.
Tidak ada satu pun taksi di sana.
Lalu ia memutuskan untuk memesan taksi online. Air mata turun deras membasahi wajahnya. Sesekali di usapnya kasar air yang keluar dari pelupuk mata. Berharap bisa berhenti keluar.
Keenan yang malam ini menunggu Seira pulang seperti biasanya menghampiri gadis itu.
"Hai. Ada masalah?" tanya Keenan setelah sampai di dekat Seira.
Seira menatap lelaki yang berdiri di sampingnya.
"Tuan. Anda yang menolong saya malam itu, kan?"
Keenan mengangguk.
