Anet mendorong William untuk terlebih dulu mandi dan membersihkan diri. Ia menyeret koper yang ditinggalkan pria itu di ruang tamu.
"Aku saja, An. Nanti kamu capek." William mengambil alih koper yang diseret Anet. "Kamu cukup duduk manis dan melayaniku saja."
"Dalam hal apa ini?" Anet mengerling waspada. Dengan adanya kehadiran William di sampingnya, suasana hati yang semula muram berubah jadi lebih tenang dari pada kemarin-kemarin.
Ditatapnya lagi punggung kokoh pria yang menyeret koper di depannya. Rasa hangat merasuk di hati, menyebar indah di dalam sana hingga efeknya menjalar sampai ke raut wajah.
"Will."
"Hem."
"Love you."
William terkekeh kecil. "Love you too, An."
Mereka belum sempat masuk ke kamar, ketika Lili keluar dari kamar yang dikhususkan untuk tamu. Wanita yang mendekati kepala enam tersebut tercengang ketika melihat pria tampan di rumah Anet sepagi ini.
Ia menatap Anet, kemudian bergantian ke William. "Siapa, An?"