"Kenapa gak teriak lagi? Kurang sakit, ya?" Sania memasang wajah sendu. "Bagimana kalau kita ganti dengan memotong jari seperti yang hampir kamu lakukan pada Aida?" Sania terkekeh.
Jhon diam, karena dia tidak bsia menjawab. Mulutnya masih dipleseter.
"Oh iya lupa. Aku akan buka plester kamu, dan ucapkan say good bye pada dunia. Karena sebentar lagi, kamu akan mati menyusul semua orang yang sangat kamu sayangi!" Sania tertawa lagi, dia lalu berjalan mendekat dan membuka sumpalan mulut serta lakban yang ditaruh di mulut Jhon.
"Lo sakit jiwa. Gila kamu!" Jhon menatap tajam. Dadanya bergemuruh menahan amarah. Ternyata semua sudah direncanakan, dia telat selangkah, maka dia akan jadi korban. Seharusnya dari dulu dia segera membunuh Sania saja.