"Bang Aksa! YA Allah, ampunilah dosaku, dosa kedua orang tuaku, dosa kaum mukminim dan mukminat di muka bumi ini." David masih terus berdoa, jika tadi dalam hati, sekarang diucapkan keras agar Aksa mendengar dan segera mengurangi laju kendaraannya.
Alasan kebelet pipis gagal. Aksa sama sekali tidak menghiraukan. Kemudian alasan belum mau mati juga gagal, karena Aksa tetap menambah kecepatannya.
"Sabar, Bang. Belum kebukti juga kalau Kiara selingkuh. Jangan emosi dulu. Kedepankan logika darai pada emosi, nanti nyesel loh kalau kamu emosi duluan yang maju."
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Aksa memukul-mukul setir mobilnya setelah mendengar nasihat dari David. Aksa seakan menulikan pendengaran, akal sehatnya telah tertutup karena rasa cemburu yang mendalam terhadap sang istri, Kiara.
Ia tidak butuh dinasehati. Ia hanya butuh segera bertemu Kiara dan Satrio untuk menghajar lelaki itu.