Untuk kesekian kalinya, Ely menolak keluar dari rumah. Baginya, hanya tempat ini satu-satunya yang paling aman untuknya. Tidak ada lagi tempat aman semenjak kematian anaknya. Bagi Ely, semua orang dan semua tempat merupakan ancaman. Ia tak tahu lagi mana kawan mana lawan.
Wanita itu membuka tirai jendela kamarnya. Matanya melihat bayangan dirinya yang tak lagi memiliki cahaya di wajah. Tidak ada sama sekali. Kematian anaknya merupakan pukulan terberat yang harus ditanggungnya.
"El, mau ikut jalan-jalan?" William masuk ke kamar Ely yang memang tidak tertutup.
Ely menggeleng. Mau seribu kali pun William dan Keynan mengajaknya keluar, ia belum sanggup bertemu dengan banyak orang.
"Ayolah, El. Ini sudah dua minggu berlalu, kamu mau sampai kapan seperti ini, gak kasihan sama orang yang sayang sama kamu? Mereka nunggu kamu untuk kembali seperti dulu loh."