Jika kemarin Aksa sudah sempat mau mengajaknya ngobrol, meski hanya kalimat singkat, pagi harinya Aksa terlihat lebih dingin dari yang sebelumnya. Ruas-ruas jari Aksa tampak kebiruan, hingga untuk mengangkat gelas saja gemetaran.
Kiara yang melihat itu hanya bisa menghela napas panjang, karena ketika ia akan menyentuh dan mengobatinya, Aksa menolah mentah-mentah.
"Jangan mendekat, aku jijik sama kamu."
Hati Kiara jatuh, hancur dan seolah tak lagi berbentuk. Kalimat Aksa benar-benar membuat semangat hidupnya memburuk. Ia sempat mendapat semangat kemarin, setelah bertemu dengan seorang ibu di bus. Apa lagi Aksa sudah mau menjawab pertanyaannya meski hanya satu kata.
Dan sekarang? Ia kembali tidak tahu kenapa sikapnya berubah lebih dingin.