"Mampir dulu ke rest area, Key. Pengen pipis."
Ely menahannya sejak tadi, tapi baru sempat dan berani bilang ketika sampai sini. Ia memberi waktu kepada Keynan untuk berpikir dan menentramkan hati dulu. Meski hanya mampir ke rest area, kalau suasana hati Keynan tidak bagus, takutnya terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, ngamuk gigitin tiang misal.
Ia melihat papan penunjuk jalan, Jakarta masih beberapa puluh kilo lagi, Dan karena kantung kemihnya sudah penuh, mau tidak mau ia harus
membuangnya terlebih dahulu.
"Pak, mampir rest area," kata Keynan.
Ia menghela napas, kemudian menatap istrinya. "Kira-kira aku terima saja keponakannya jadi managerku atau cari yang lain?"
Ely mengendikkan bahu. "Senyamannya kamu aja. Tapi kalau bibinya saja bermasalah seperti ini, apa gak menutup kemungkinan orang yang direkomendasikan juga sama?"
"Bisa jadi, tapi untuk keadaan urgent, siapa yang bisa secepatnya kerja menggantikannya?"
