"Aku juga tidak tahu, kalau niat dia datang menemui aku dan baik sama aku itu karena ini semua." Jelas Rian kembali. Dia merasa sangat bersalah dengan sikap abangnya.
"Sudahlah, lupakan saja. Mending kamu lanjut saja belajarnya sana ya!"
"Iya, Kak!"
Tiba-tiba handphone Aisyah berdering, ternyata itu panggilan dari ibunya Rian di kampung. Handphone yang di kirim Aisyah sudah sampai. Sehingga kini mereka bisa saling menelpon. Apa lagi saat ini, Rian bisa teleponan dengan melihat wajah masing-masing. Sehingga dapat melepaskan rindunya masing-masing.
***
"Kenapa perasaan aku hari ini tidak enak ya!"
Aisyah memotong bawang merah, dia ingin membantu Arini di dapur. Padahal sudah berulang kali Arini katakan, kalau Aisyah tidak boleh membantu dirinya di dapur.
Saat itu, Aisyah termenung. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu. Dia hanya merasakan ada yang tidak baik dalam dirinya. Sehingga, perasaan itu begitu jelas di rasa.
"Ya ampun, Non Aisyah. Itu tangannya berderah!"